8 Tips Mengatasi Loss Aversion agar Tidak Takut Cut Loss
Salah satu bias psikologi paling kuat dalam investasi adalah rasa enggan menjual saham yang sudah rugi, atau dikenal sebagai loss aversion. Banyak investor merasa takut cut loss karena ingin harga kembali ke titik impas. Namun, pola pikir seperti ini sering memperburuk kerugian.
Memahami cara mengatasi loss aversion sangat penting agar investor dapat mengambil keputusan lebih objektif, disiplin, dan sesuai rencana.
Artikel ini membahas pengertian, penyebab, serta langkah praktis untuk mengelola bias ini dalam konteks investasi saham.
Apa Itu Loss Aversion?
Loss aversion adalah bias psikologis yang membuat seseorang lebih sensitif terhadap kerugian dibandingkan keuntungan.
Secara sederhana, rasa sakit kehilangan 100 dolar jauh lebih besar dibanding rasa senang mendapatkan 100 dolar. Loss aversion bukan sekadar masalah emosi, tetapi tantangan struktural dalam pengambilan keputusan.
Dampak Loss Aversion dalam Investasi Saham
Loss aversion dapat mengganggu strategi investasi dan memperbesar risiko kerugian. Melansir Investopedia, antara lain:
1. Menahan saham yang jelas sudah rusak secara fundamental
Investor enggan cut loss walaupun data menunjukkan perusahaannya melemah.
2. Mengabaikan rencana trading yang sudah dibuat
Checkpoints seperti stop loss sering dilanggar hanya karena tidak siap menerima kerugian.
3. Mengharapkan harga kembali tanpa analisis
Harapan menggantikan logika dan data.
4. Kerugian semakin besar karena tidak disiplin
Saham rugi kecil bisa berubah menjadi rugi besar karena keterlambatan eksekusi.
5. Menghambat pertumbuhan portofolio jangka panjang
Modal yang terkunci di saham lemah mengurangi kesempatan masuk ke saham yang lebih baik.
Cara Mengatasi Loss Aversion saat Berinvestasi
Berikut langkah-langkah praktis agar investor bisa lebih objektif dalam menghadapi kerugian.
1. Buat rencana sebelum membeli saham
Rencana yang dibuat dalam kondisi rasional membantu mencegah keputusan emosional. Rencana harus mencakup:
- Alasan membeli saham
- Target keuntungan
- Batas cut loss
- Kondisi fundamental yang membuat keputusan berubah
Jika rencana dibuat dengan jelas, keputusan menjual saat rugi menjadi bagian dari strategi, bukan reaksi emosional.
2. Gunakan stop loss otomatis atau mental stop
Stop loss membantu mengamankan modal dan menghindari kerugian lebih besar. Dua jenis stop loss:
- Stop loss otomatis di platform trading
- Stop loss mental berdasarkan analisis teknikal
Dengan stop loss, investor tidak perlu memutuskan di tengah tekanan emosional.
3. Fokus pada risiko, bukan harga impas
Banyak investor terpaku pada harga beli, padahal pasar tidak peduli angka tersebut. Alihkan fokus:
- Dari “kapan kembali ke harga beli”
- Ke “apakah risiko dan prospek saham ini masih masuk akal”
Objektivitas meningkat ketika fokus bergeser ke analisis, bukan ego.
4. Gunakan position sizing yang konservatif
Ukuran posisi yang terlalu besar memperburuk ketakutan rugi. Dengan porsi kecil, loss lebih mudah diterima dan bias berkurang. Tips:
- Gunakan maksimal 5 sampai 10 persen portofolio per posisi
- Semakin volatil sahamnya, semakin kecil porsinya
Position sizing adalah strategi psikologis sekaligus manajemen risiko.
5. Bedakan keputusan salah dan hasil buruk
Keputusan baik masih bisa menghasilkan loss, karena pasar penuh ketidakpastian. Jika keputusan sudah:
- Berdasarkan analisis
- Mengikuti rencana
- Berlandaskan data
Maka loss bukan kegagalan. Ini mengurangi tekanan emosional dan menurunkan bias.
6. Evaluasi data fundamental dan teknikal secara objektif
Gunakan checklist agar keputusan lebih netral. Checklist evaluasi:
- Apakah pendapatan perusahaan masih tumbuh?
- Apakah rasio hutang memburuk?
- Apakah tren teknikal sudah patah?
- Apakah volume menunjukkan distribusi?
Jika checklist menunjukkan perubahan negatif, cut loss menjadi keputusan logis, bukan emosional.
7. Latih diri menerima bahwa loss adalah bagian dari investasi
Tidak ada trader atau investor yang selalu untung. Loss wajar dan bagian dari perjalanan.
Bahkan seorang manajer investasi institusi pun mengalami drawdown akibat fluktuasi pasar. Dengan memahami bahwa kerugian adalah bagian normal, bias akan berkurang.
8. Gunakan jurnal keputusan
Catat:
- Alasan entry
- Alasan exit
- Emosi saat mengambil keputusan
- Pelajaran dari setiap posisi
Jurnal membantu mengenali pola bias dan memperbaiki keputusan di masa depan.
Contoh Praktis Mengatasi Loss Aversion
Misalnya kamu membeli saham ABC di harga 100:
- Harga kini 82
- Fundamental melemah
- Tren turun jelas
- Stop loss 90 sudah ditembus
Dengan loss aversion:
- Kamu menahan sambil berharap kembali ke 100.
Dengan pendekatan objektif:
- Kamu menjual di 82 sesuai kondisi data, mengamankan modal, dan mengalihkan dana ke saham yang lebih kuat. Keputusan rasional jauh lebih baik untuk jangka panjang.
Kesimpulan
Loss aversion adalah bias psikologis kuat yang membuat investor enggan menjual saham rugi meskipun datanya jelas menunjukkan risiko besar.
Untuk mengatasinya, investor perlu membuat rencana sebelum membeli, menggunakan stop loss, fokus pada risiko, mengevaluasi data secara objektif, dan memisahkan keputusan dari emosi.
Dengan disiplin menghadapi kerugian kecil, investor dapat melindungi portofolio dan mengoptimalkan peluang pertumbuhan jangka panjang.
Ingin melatih objektivitas dalam investasi?
Mulai bangun portofolio global di Gotrade, beli saham AS mulai US$1 dengan deposit mulai US$5, dan gunakan data real time untuk evaluasi yang lebih objektif.
FAQ
1. Apa itu loss aversion?
Bias ketika seseorang lebih takut rugi dibanding menikmati keuntungan dalam jumlah yang sama.
2. Kenapa loss aversion berbahaya untuk investor?
Karena membuat investor menahan saham rugi terlalu lama dan mengabaikan data objektif.
3. Bagaimana cara mengatasi loss aversion?
Gunakan rencana trading, stop loss, evaluasi data objektif, dan journaling.
Disclaimer: PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.