Stock Split vs Reverse Split: Pengertian, Dampak, dan Contohnya
Dalam dunia pasar saham, istilah stock split vs reverse split sering muncul terutama saat perusahaan ingin menyesuaikan harga sahamnya. Meski terdengar mirip, keduanya memiliki efek berbeda terhadap pembagian saham dan valuasi saham di pasar.
Sebagai investor, memahami perbedaan antara keduanya penting agar kamu bisa menilai apakah kebijakan perusahaan tersebut benar-benar positif atau hanya kosmetik untuk menjaga persepsi pasar.
Definisi Stock Split
Stock split adalah pemecahan saham di mana perusahaan membagi satu lembar saham menjadi beberapa bagian dengan nilai nominal lebih kecil. Melansir Investopedia, stock split dilakukan untuk menurunkan harga per saham agar lebih terjangkau bagi investor baru, tanpa mengubah total nilai investasi atau kapitalisasi pasar.
Contoh: Jika kamu memiliki 1 saham senilai $1.000 dan perusahaan melakukan stock split 1:10, kamu akan memiliki 10 saham baru dengan harga masing-masing $100. Total nilai tetap $1.000, hanya jumlah lembar sahamnya yang bertambah.
Tujuan stock split
- Meningkatkan likuiditas. Dengan harga yang lebih rendah, saham menjadi lebih mudah diperdagangkan.
- Menarik investor ritel. Harga yang tampak lebih “murah” membuat saham lebih terjangkau secara psikologis.
- Memberi sinyal optimisme. Biasanya dilakukan perusahaan yang kinerjanya baik, untuk menunjukkan keyakinan akan pertumbuhan jangka panjang.
Contoh perusahaan
- Apple (AAPL) melakukan stock split 4:1 pada 2020 agar harga per saham lebih mudah dijangkau setelah kenaikan harga signifikan.
- Tesla (TSLA) juga melakukan split 3:1 pada 2022 untuk tujuan serupa, meningkatkan partisipasi investor ritel.
Apa Itu Reverse Split?
Reverse stock split adalah kebalikan dari stock split: perusahaan menggabungkan beberapa saham menjadi satu lembar dengan harga nominal lebih tinggi.
Menurut Smart Assets, reverse split dilakukan perusahaan untuk menaikkan harga saham agar terlihat lebih “sehat” di mata investor institusi atau untuk memenuhi syarat pencatatan bursa.
Contoh: Jika kamu memiliki 10 saham seharga $1 per lembar, dan perusahaan melakukan reverse split 10:1, maka kamu akan memiliki 1 saham baru bernilai $10. Total nilai investasimu tetap sama.
Tujuan reverse split
- Menjaga kelayakan listing. Bursa seperti NASDAQ memiliki batas harga minimum (misalnya $1 per saham). Jika harga terlalu rendah, perusahaan bisa dihapus (delisting).
- Meningkatkan persepsi pasar. Harga yang terlalu rendah sering diasosiasikan dengan risiko tinggi.
- Menyederhanakan struktur saham. Berguna jika jumlah saham beredar terlalu banyak.
Contoh perusahaan
- Citigroup (C) melakukan reverse split 1:10 pada 2011 untuk menstabilkan harga setelah krisis finansial 2008.
- Nio (NIO) juga sempat mempertimbangkan reverse split untuk menjaga kelayakan listing di bursa AS.
Dampak Terhadap Harga Saham
Secara teori, baik stock split maupun reverse split tidak mengubah nilai intrinsik perusahaan. Namun dalam praktiknya, reaksi pasar bisa berbeda tergantung konteks dan persepsi investor.
Dampak stock split
- Efek psikologis positif. Harga lebih murah menarik lebih banyak pembeli.
- Likuiditas meningkat. Volume perdagangan cenderung naik setelah split.
- Nilai pasar tetap sama, tapi minat investor bisa tumbuh.
Dampak reverse split
- Efek psikologis negatif. Sering diartikan sebagai sinyal perusahaan sedang kesulitan.
- Likuiditas menurun. Karena jumlah saham beredar berkurang.
- Namun tidak selalu buruk. Jika dilakukan untuk memenuhi syarat bursa atau memperbaiki struktur saham, efeknya bisa netral atau bahkan positif.
Menurut FINRA, saham perusahaan besar seperti Apple dan Tesla biasanya naik beberapa minggu setelah stock split karena meningkatnya minat investor ritel.
Sebaliknya, saham-saham yang melakukan reverse split rata-rata mengalami penurunan jangka pendek, kecuali jika disertai perbaikan fundamental.
Insight untuk Investor Retail
Bagi investor retail, penting memahami bahwa stock split tidak membuat saham “lebih murah” secara fundamental, dan reverse split tidak selalu berarti buruk. Yang berubah hanyalah jumlah lembar saham dan harga per lembar, bukan nilai perusahaan.
Fokuslah pada fundamental perusahaan, seperti pertumbuhan pendapatan, margin laba, dan prospek industri, daripada hanya pada pergerakan harga pasca-split.
Kesimpulan
Stock split vs reverse split adalah dua kebijakan korporasi yang memiliki efek berbeda terhadap persepsi pasar, namun tidak mengubah nilai ekonomi perusahaan.
Stock split biasanya dilakukan untuk meningkatkan likuiditas dan menarik investor baru, sementara reverse split bertujuan menjaga harga saham agar tetap memenuhi standar bursa atau memperbaiki struktur modal.
Sebagai investor, gunakan momentum seperti ini untuk mengevaluasi kualitas perusahaan, bukan sekadar ikut-ikutan membeli karena efek psikologis harga “murah.”
Mulailah berinvestasi dengan strategi rasional dan berbasis fundamental melalui platform seperti Gotrade, yang memudahkan kamu membeli saham global berkualitas mulai dari 1 Dollar AS.
Mau mulai trading dengan aman dan praktis? Yuk, download aplikasi investasi modern Gotrade sekarang juga!
FAQ
1. Apakah stock split membuat investor untung?
Tidak langsung. Nilai total investasimu tidak berubah, tapi likuiditas bisa meningkat dan harga lebih menarik bagi pasar.
2. Apakah reverse split tanda perusahaan bermasalah?
Tidak selalu. Bisa jadi langkah strategis untuk mempertahankan listing atau menata kembali struktur modal.
3. Apakah perusahaan wajib melakukan stock split saat harga naik tinggi?
Tidak wajib. Keputusan tergantung strategi manajemen dan kondisi pasar saat itu.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.