5 Sektor Saham yang Kuat Saat Inflasi Naik

5 Sektor Saham yang Kuat Saat Inflasi Naik

Bagi investor jangka menengah hingga panjang, memahami sektor saham saat inflasi adalah langkah penting untuk menjaga stabilitas portofolio.

Saat inflasi meningkat, harga barang dan jasa naik, daya beli masyarakat menurun, dan margin perusahaan bisa tertekan. Namun, tidak semua sektor terpukul sama.

Beberapa sektor justru mampu mempertahankan kinerja, bahkan tumbuh di tengah tekanan inflasi. Nah, Gotrade akan membahas lima sektor saham yang cenderung bertahan kuat saat inflasi naik, beserta alasan ekonominya.

Sektor Energi

Sektor energi adalah salah satu pemenang utama ketika inflasi meningkat. Harga minyak dan gas sering menjadi pemicu inflasi itu sendiri, sehingga perusahaan energi mendapat keuntungan langsung dari kenaikan harga komoditas.

Contoh: Saham seperti ExxonMobil (XOM) dan Chevron (CVX) mencatat lonjakan laba besar selama periode inflasi tinggi 2022 ketika harga minyak dunia melejit di atas $100 per barel.

Alasannya: Permintaan energi tetap tinggi meski inflasi naik, karena energi merupakan kebutuhan dasar industri dan rumah tangga.

Banyak kontrak energi berbasis dolar, yang berarti nilainya justru meningkat ketika mata uang melemah.

Menurut Investopedia, sektor energi biasanya menjadi inflation hedge alami karena mampu meneruskan kenaikan harga ke konsumen tanpa kehilangan banyak permintaan.

Sektor Consumer Staples

Sektor ini mencakup perusahaan yang menjual kebutuhan sehari-hari seperti makanan, minuman, dan produk kebersihan. Saat harga naik, orang tetap membeli produk ini meski harus berhemat di kategori lain.

Contoh: Procter & Gamble (PG), Coca-Cola (KO), dan Unilever (ULVR) tetap mencetak pertumbuhan stabil di tengah inflasi global.

Kelebihan utama sektor ini: Produk memiliki permintaan inelastis (tidak mudah berubah karena harga). Perusahaan mampu menaikkan harga sedikit demi sedikit tanpa menurunkan volume penjualan.

Angel One menunjukkan bahwa consumer staples sering kali outperform indeks utama selama periode inflasi tinggi karena stabilitas margin dan arus kasnya.

Sektor Kesehatan (Healthcare)

Sektor healthcare termasuk rumah sakit, perusahaan farmasi, dan penyedia alat medis terbukti tangguh menghadapi inflasi.

Alasan utama: Permintaan terhadap layanan kesehatan tidak tergantung kondisi ekonomi.

Banyak perusahaan kesehatan memiliki kontrak jangka panjang atau harga produk yang diatur pemerintah, sehingga inflasi tidak langsung menekan margin.

Contoh: Johnson & Johnson (JNJ) dan Pfizer (PFE) mencatat pertumbuhan pendapatan stabil meski inflasi AS mencapai level tertinggi dalam 40 tahun terakhir pada 2022.

Selain itu, investor juga melihat sektor ini sebagai tempat "parkir aman" modal saat volatilitas meningkat.

Sektor Komoditas dan Material Dasar

Perusahaan yang bergerak di sektor bahan baku seperti logam, pertambangan, dan kimia biasanya mendapat keuntungan langsung dari kenaikan harga barang mentah.

Contoh: BHP Group (BHP) dan Freeport-McMoRan (FCX) naik signifikan saat harga tembaga dan nikel melonjak di tengah inflasi tinggi.

Mengapa tahan inflasi: Harga jual produk komoditas mengikuti tren global, bukan hanya biaya domestik. Dalam jangka pendek, kenaikan harga bahan baku meningkatkan margin produsen.

Namun, sektor ini lebih cocok untuk investor yang siap menghadapi volatilitas jangka pendek karena harga komoditas sangat fluktuatif.

Sektor Keuangan (Financials)

Kenaikan inflasi biasanya diikuti kenaikan suku bunga oleh bank sentral. Hal ini justru menguntungkan bank dan lembaga keuangan, karena mereka mendapatkan margin bunga lebih tinggi.

Contoh: Bank besar seperti JPMorgan Chase (JPM) dan Bank Central Asia (BBCA) mencatat kenaikan net interest margin (NIM) selama periode pengetatan moneter.

Kelebihan sektor keuangan saat inflasi naik: Pendapatan bunga meningkat. Produk investasi seperti obligasi jangka pendek atau deposito menjadi lebih menarik bagi nasabah.

Kenaikan inflasi sering memicu permintaan untuk produk lindung nilai, yang menambah pendapatan fee. Namun, investor tetap perlu waspada: jika inflasi berlanjut terlalu lama, risiko kredit macet bisa meningkat.

Strategi Investasi: Fokus pada Sektor Tahan Inflasi

Investor dapat menyeimbangkan portofolio dengan menambah eksposur ke sektor-sektor yang memiliki pricing power tinggi dan margin stabil.

Langkah praktis: Gunakan ETF sektor seperti:

  • XLE untuk energi
  • XLP untuk consumer staples
  • XLV untuk healthcare
  • XLB untuk materials
  • XLF untuk keuangan

Hindari sektor dengan margin tipis dan sensitif terhadap biaya, seperti ritel diskon atau properti residensial. Evaluasi ulang portofolio setiap kali bank sentral mengubah arah kebijakan suku bunga.

Dengan cara ini, kamu bisa menjaga keseimbangan antara potensi imbal hasil dan risiko saat inflasi tinggi.

Kesimpulan

Tidak semua saham melemah saat inflasi naik. Beberapa sektor seperti energi, consumer staples, healthcare, material dasar, dan keuangan justru bisa menjadi penyelamat portofolio.

Memahami sektor saham saat inflasi membantu kamu berinvestasi lebih strategis dan meminimalkan risiko penurunan nilai aset.

Lewat Gotrade, kamu bisa mengakses saham perusahaan AS dari berbagai sektor. Hanya dengan modal $1, kamu sudah bisa membeli fractional shares Netflix, Starbucks, bahkan Nike, lho!

Download aplikasi Gotrade sekarang dan mulai kembangkan portofoliomu!

FAQ

1. Apakah semua sektor defensif aman saat inflasi tinggi?

Tidak selalu. Beberapa sektor seperti healthcare lebih tahan karena permintaan tetap, tetapi margin tetap bisa tertekan jika biaya naik drastis.

2. Kapan waktu terbaik untuk masuk ke sektor tahan inflasi?

Idealnya sebelum data inflasi mencapai puncak atau ketika bank sentral mulai mengindikasikan pengetatan moneter.

3. Apakah ETF sektor cocok untuk investor pemula?

Ya, karena ETF memberi diversifikasi instan tanpa harus memilih saham satu per satu.

Disclaimer

PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.

Read more