Saham PayPal Anjlok 7 Hari, Waspada Isu Belanja Konsumen

Saham PayPal (PYPL) turun 7 hari berturut-turut akibat kekhawatiran perlambatan belanja konsumen. Simak analisis lengkap dan peluang investasinya di sini.

Saham PayPal Anjlok 7 Hari, Waspada Isu Belanja Konsumen

Jakarta, Gotrade News - Kabar kurang menyenangkan datang dari salah satu raksasa pembayaran digital dunia.

Bagi kamu yang sedang memantau sektor teknologi finansial, pergerakan saham PayPal Holdings, Inc. belakangan ini mungkin memicu kekhawatiran.

Saham perusahaan ini baru saja mencatatkan penurunan selama tujuh hari perdagangan berturut-turut.

Mari kita bedah apa yang sebenarnya terjadi di balik layar dan mengapa isu "branded checkout" menjadi topik hangat yang perlu kamu pahami.

Tekanan Berat pada Valuasi Saham

PayPal Holdings, Inc. menutup sesi perdagangan hari Kamis dengan penurunan sebesar 3,34 persen.

Ini menempatkan harga sahamnya di angka $58,10 pada penutupan pasar hari Kamis sore waktu setempat.

Menurut laporan dari Seeking Alpha, penurunan ini menambah panjang tren negatif saham PYPL yang telah kehilangan 11,29 persen nilainya selama enam hari perdagangan terakhir.

Penurunan signifikan tercatat pada Kamis, 13 November, dan berlanjut pada hari berikutnya.

Kondisi ini terjadi meskipun perusahaan sempat memberikan panduan tahunan yang optimis setelah pendapatan kuartal ketiga mereka melampaui estimasi konsensus.

Namun, panduan untuk pendapatan kuartal keempat yang dianggap "ringan" oleh pasar tampaknya menjadi pemicu awal sentimen negatif ini.

Perlambatan Belanja Konsumen Jadi Sorotan

Masalah utama yang membuat investor cemas bukan hanya soal angka pendapatan semata.

Fokus utamanya terletak pada pertumbuhan "branded checkout" atau layanan pembayaran bermerek PayPal yang menjadi inti bisnis mereka.

CEO PayPal mengungkapkan dalam Konferensi FinTech Tahunan ke-14 Citi bahwa mereka mulai melihat perlambatan pada konsumen.

Tekanan ini khususnya terjadi pada pengeluaran diskresioner atau belanja yang bukan kebutuhan pokok.

Sektor ritel serta segmen pendapatan menengah ke bawah menjadi area yang paling terdampak, padahal segmen ini memainkan peran signifikan dalam ekosistem PayPal.

Seperti yang dijelaskan oleh CEO PayPal dalam laporannya, tekanan pada konsumen ini terjadi di Amerika Serikat dan Eropa serta berlanjut hingga kuartal keempat.

CEO tersebut menambahkan bahwa jika kondisi ini terus berlanjut, pertumbuhan branded checkout di kuartal keempat diprediksi akan lebih lambat dibandingkan kuartal ketiga.

Padahal, metrik ini sangat krusial untuk melacak transformasi PayPal dari sekadar perusahaan pembayaran online menjadi perusahaan perdagangan yang lebih luas.

Perspektif Analis Wall Street

Meskipun tren harga sedang merah, pandangan analis terhadap saham ini masih cukup beragam dan menarik untuk disimak.

Komunitas Wall Street dan penulis di Seeking Alpha masih memberikan peringkat "Buy" atau Beli untuk saham ini.

Julian Lin, salah satu kontributor Seeking Alpha, mencatat bahwa inisiatif perusahaan dalam "agentic commerce" bisa menjadi katalis untuk mempercepat pertumbuhan.

Ia bahkan menegaskan kembali peringkat "strong buy" untuk saham ini.

Di sisi lain, sistem Quant Rating memberikan nilai "Hold" atau Tahan dengan skor 3,32 dari skala 5.

Sistem pengukuran kuantitatif ini memberikan nilai D- untuk Valuasi dan Momentum, namun memberikan nilai A untuk Profitabilitas.

Artinya adalah meskipun momentum pergerakan harganya sedang buruk, fundamental kemampuan perusahaan dalam mencetak laba masih dinilai sangat kuat.

Bagi kamu investor jangka panjang, data ini bisa menjadi bahan pertimbangan apakah penurunan saat ini adalah sinyal keluar atau justru peluang masuk di harga diskon.

Referensi:

Disclaimer

PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.

Read more