Saham Dividen vs Growth: Pilih Strategi yang Sesuai Profil Investasimu

Saham Dividen vs Growth: Pilih Strategi yang Sesuai Profil Investasimu

Dalam dunia investasi saham, setiap investor memiliki gaya dan tujuan yang berbeda. Ada yang menyukai pendapatan stabil dari dividen, sementara lainnya lebih tertarik mengejar pertumbuhan nilai saham jangka panjang. Kedua pendekatan ini dikenal sebagai dividend investing dan growth investing.

Menentukan mana yang cocok tidak sesederhana memilih saham yang sedang naik. Semua bergantung pada profil risiko, horizon waktu, dan tujuan keuangan pribadi.

Yuk, kita bahas perbedaan utama antara saham dividen dan growth, lengkap dengan contoh, strategi, dan cara menggabungkannya dalam portofolio.

Apa Itu Saham Dividen dan Growth Stock?

Saham Dividen

Saham dividen adalah saham perusahaan yang secara rutin membagikan sebagian keuntungannya kepada pemegang saham dalam bentuk dividend payout.

Biasanya, perusahaan jenis ini sudah matang, stabil, dan memiliki arus kas positif yang konsisten.

Ciri khas saham dividen:

  • Pendapatan stabil, meskipun pertumbuhan harga tidak terlalu agresif.
  • Rasio dividend yield cukup tinggi (biasanya di atas 3%).
  • Cocok untuk investor yang ingin pasif income atau fokus pada stabilitas jangka panjang.

Contoh saham dividen global: Johnson & Johnson (JNJ), Coca-Cola (KO), dan Procter & Gamble (PG).

Contoh saham dividen di Indonesia: Telkom Indonesia (TLKM), Bank Mandiri (BMRI), dan Unilever Indonesia (UNVR).

Growth Stock

Sementara itu, growth stock adalah saham perusahaan yang mengutamakan pertumbuhan bisnis dibandingkan membagikan dividen.

Laba perusahaan umumnya digunakan kembali (reinvested) untuk ekspansi, inovasi, atau akuisisi.

Ciri khas growth stock, melansir Investopedia, adalah:

  • Biasanya memiliki valuasi tinggi (P/E ratio besar).
  • Tidak membagikan dividen, atau sangat kecil.
  • Cocok untuk investor yang mencari capital gain dan siap menanggung volatilitas lebih tinggi.

Contoh saham growth global: Tesla (TSLA), NVIDIA (NVDA), dan Amazon (AMZN).

Contoh di Indonesia: Bukalapak (BUKA), GoTo (GOTO), dan Bank Jago (ARTO).

Strategi Berdasarkan Profil Risiko Investor

Menentukan apakah kamu cocok dengan saham dividen atau growth sangat bergantung pada profil risikomu.

  • Investor konservatif: Lebih cocok dengan saham dividen. Mereka cenderung menghindari fluktuasi harga dan fokus pada arus kas rutin.
  • Investor moderat: Bisa memilih kombinasi antara dividen dan growth untuk menyeimbangkan risiko dan imbal hasil.
  • Investor agresif: Cenderung memilih growth stock, mengejar pertumbuhan tinggi meskipun risiko volatilitas besar.

Sebagai contoh, seorang karyawan berusia 25 tahun mungkin lebih cocok dengan growth strategy, karena masih memiliki waktu panjang untuk menanggung risiko pasar.

Sebaliknya, investor menjelang pensiun sebaiknya beralih ke dividend strategy untuk menjaga kestabilan pendapatan.

Kombinasi Dividen dan Growth dalam Portofolio

Pendekatan paling bijak sering kali bukan memilih salah satu, melainkan menggabungkan keduanya.

Kamu bisa menerapkan rasio pembagian seperti:

  • 60% growth stocks + 40% dividend stocks untuk investor muda.
  • 50:50 untuk investor moderat.
  • 30% growth + 70% dividend bagi investor yang mengutamakan keamanan pendapatan.

Kombinasi ini menciptakan portofolio yang seimbang, tetap mendapatkan cash flow dari dividen, sekaligus peluang kenaikan nilai dari saham growth.

Menurut Starlight Capital, portofolio dengan diversifikasi gaya seperti ini dapat meningkatkan stabilitas pengembalian selama periode volatilitas tinggi.

Kapan Harus Beralih dari Growth ke Income Focus?

Tidak ada waktu pasti untuk berpindah fokus, tetapi beberapa tanda bisa dijadikan panduan:

  • Tujuan finansial berubah: Misalnya, dari akumulasi kekayaan menjadi menjaga kestabilan pendapatan saat pensiun.
  • Pasar berada di fase koreksi atau suku bunga naik: Ketika biaya modal meningkat, saham growth biasanya lebih tertekan dibanding saham dividen.
  • Kamu ingin mengurangi stres akibat volatilitas: Dividen memberikan predictable income, sementara growth bisa fluktuatif harian.
  • Mulai butuh arus kas nyata: Investor yang ingin menambah pendapatan pasif untuk kebutuhan bulanan bisa mengalihkan sebagian portofolionya ke saham dividen.

Beralih secara bertahap (misalnya, 10–15% per tahun) adalah strategi yang umum dilakukan oleh investor jangka panjang.

Kesimpulan

Baik saham dividen maupun growth memiliki keunggulan masing-masing.

Saham dividen menawarkan ketenangan dan pendapatan rutin, sementara growth stock memberikan potensi pertumbuhan nilai yang signifikan dalam jangka panjang.

Kuncinya bukan memilih salah satu, tetapi memahami kapan dan seberapa besar proporsinya dalam portofolio.

Jika kamu masih muda dan agresif, pertumbuhan bisa jadi fokus utama. Namun, semakin matang secara finansial, menambah porsi dividen akan menjaga kestabilan portofolio.

Mulailah membangun portofolio impianmu hari ini dengan download aplikasi Gotrade di Android dan iOS! Mulai berinvestasi di saham-saham global seperti Roblox, Tesla, atau NVIDIA mulai dari $1 saja.

FAQ

1. Apakah saham dividen selalu lebih aman dari growth stock?

Tidak selalu. Saham dividen bisa tetap turun saat pasar koreksi. Bedanya, kamu tetap menerima pembayaran dividen sebagai kompensasi.

2. Bisakah investor pemula membeli kedua jenis saham ini?

Tentu saja. Justru kombinasi keduanya sering disarankan agar portofolio lebih seimbang.

3. Apakah saham growth bisa berubah menjadi saham dividen di masa depan?

Ya, perusahaan teknologi yang sudah matang seperti Apple dulu termasuk growth stock, tetapi kini rutin membagikan dividen setelah arus kasnya stabil.

Disclaimer

PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.

Read more