Risk Capacity vs Risk Tolerance: Pengertian dan Cara Seimbangkan

Risk Capacity vs Risk Tolerance: Pengertian dan Cara Seimbangkan

Setiap investor punya cara berbeda dalam menghadapi risiko. Ada yang nyaman melihat portofolionya naik-turun puluhan persen, ada juga yang langsung panik ketika harga saham turun sedikit. Dua konsep penting yang menjelaskan perbedaan ini adalah risk capacity dan risk tolerance. Keduanya sering disamakan, padahal memiliki arti dan fungsi yang berbeda dalam strategi investasi.

Lewat artikel ini, Gotrade sudah menyiapkan penjelasan lengkap tentang risk capacity vs risk tolerance, bagaimana mengukurnya, dan cara menyeimbangkannya agar portofolio lebih stabil dan sesuai dengan kondisi hidupmu.

Apa Itu Risk Tolerance?

Risk tolerance adalah tingkat kenyamanan psikologis seseorang dalam menghadapi fluktuasi dan potensi kerugian investasi. Ini murni bersifat emosional dan subjektif.

Ciri investor dengan risk tolerance tinggi:

  • tidak mudah panik saat harga turun
  • nyaman dengan volatilitas
  • bisa hold jangka panjang
  • tidak impulsif ketika market merah

Ciri investor dengan risk tolerance rendah:

  • panik saat portofolio turun 3–5 persen
  • prefer instrumen stabil
  • sulit fokus pada jangka panjang

Risk tolerance dipengaruhi oleh pengalaman investasi, usia, kepribadian, dan kondisi mental.

Pengertian Risk Capacity

Risk capacity adalah kemampuan finansial seseorang untuk menanggung risiko kerugian tanpa mengganggu kebutuhan hidup. Ini bersifat objektif dan terukur.

Risk capacity dipengaruhi oleh:

  • penghasilan bulanan
  • dana darurat
  • cash buffer
  • tanggungan keluarga
  • cicilan dan kewajiban
  • jumlah aset likuid
  • stabilitas keuangan jangka panjang

Investor dengan risk capacity tinggi bisa menanggung kerugian besar tanpa merusak cash flow. Sementara risk capacity rendah artinya kerugian kecil saja bisa mengganggu kondisi hidup.

Perbedaan Utama: Risk Capacity vs Risk Tolerance

1. Basis penentu

  • Risk capacity datang dari kondisi finansial.
  • Risk tolerance biasanya berdasarkan kondisi psikologis.

2. Apakah bisa berubah?

Keduanya bisa berubah, tetapi dengan pace berbeda. Risk tolerance cenderung berubah karena pengalaman. Risk capacity berubah karena kondisi hidup dan finansial, menurut Investopedia.

3. Mana yang harus diprioritaskan?

Risk capacity selalu lebih penting karena menyangkut keamanan finansial dasar. Tidak boleh memaksakan portofolio agresif jika risk capacity rendah.

4. Dampaknya ke portofolio

Risk tolerance menentukan kenyamanan. Risk capacity menentukan batas aman risiko.

Cara Mengukur Risk Tolerance

1. Reaksi terhadap penurunan pasar

Tanya diri sendiri: "Jika portofolio turun 10 persen, apakah aku bisa tetap tenang?" Jika jawabannya tidak, risk tolerance kamu rendah.

2. Pengalaman investasi

Trader dan investor yang sudah pernah mengalami bear market biasanya punya tolerance yang lebih baik.

3. Kenyamanan melihat volatilitas

Jika naik-turun harian membuatmu cemas, pilih portofolio lebih stabil.

4. Jenis instrumen yang dipilih secara natural

Jika kamu secara alami memilih ETF indeks dan obligasi, itu tanda toleransi risiko rendah–sedang. Jika kamu tertarik pada saham growth atau sektor high-beta, tolerance kamu lebih tinggi.

Cara Mengukur Risk Capacity

1. Stabilitas penghasilan

Semakin stabil pendapatan, semakin besar risk capacity.

2. Dana darurat

Minimal 3–6 bulan pengeluaran. Jika kurang, risk capacity otomatis rendah.

3. Jumlah tanggungan

Semakin besar tanggungan keluarga, semakin rendah risk capacity.

4. Kewajiban cicilan

Cicilan >30 persen pendapatan menurunkan risk capacity.

5. Horizon investasi

Jangka panjang meningkatkan risk capacity, jangka pendek menurunkannya.

6. Cash buffer

Adanya buffer membuat kamu lebih siap menghadapi volatilitas.

Cara Menyeimbangkan Risk Capacity vs Risk Tolerance

1. Jika risk tolerance tinggi tapi risk capacity rendah

Ini kombinasi paling berbahaya. Kamu mungkin ingin memilih saham growth agresif, tetapi keuangan tidak mampu menanggung kerugian.

Solusi:

  • fokus ke ETF indeks rendah volatilitas
  • perkuat dana darurat
  • kecilkan prosentase alokasi saham agresif
  • tingkatkan investasi setelah kondisi keuangan membaik

2. Jika risk tolerance rendah tapi risk capacity tinggi

Ini biasanya terjadi pada investor mapan tetapi terlalu hati-hati.

Solusi:

  • mulailah dengan kombinasi ETF indeks + bond
  • perlahan tambah porsi agresif 5–10 persen
  • gunakan DCA agar lebih nyaman dengan volatilitas

3. Jika keduanya rendah

Portofolio harus sangat konservatif.

Solusi:

  • prioritaskan cash buffer
  • gunakan bond ETF sebagai core
  • tambahkan S&P 500 ETF sedikit demi sedikit

4. Jika keduanya tinggi

Kamu cocok dengan portofolio agresif jangka panjang.

Solusi:

  • dominasi ETF growth atau Nasdaq 100
  • tambahkan saham mega-cap
  • gunakan rebalancing tahunan untuk menjaga struktur

Contoh Portofolio Berdasarkan Kombinasi Risiko

Capacity rendah, tolerance rendah

  • 70 persen bond ETF
  • 30 persen ETF indeks konservatif

Capacity tinggi, tolerance rendah

  • 60 persen ETF indeks
  • 20 persen bond
  • 20 persen dividend ETF

Capacity rendah, tolerance tinggi

  • 60 persen ETF indeks
  • 40 persen bond (batasi saham growth)

Capacity tinggi, tolerance tinggi

70–90 persen equity dengan dominasi S&P 500, QQQ, saham growth, small-cap ETF

Kesimpulan

Memahami perbedaan risk capacity vs risk tolerance penting agar portofolio tidak hanya sesuai emosimu, tetapi juga sesuai kondisi finansialmu. Risk tolerance membantumu menentukan instrumen yang membuatmu nyaman, sementara risk capacity memastikan kamu tidak mengambil risiko yang mengancam kestabilan hidup.

Dengan menyeimbangkan keduanya, kamu bisa menyusun portofolio yang aman, rasional, dan optimal untuk jangka panjang, baik dengan ETF indeks seperti S&P 500 dan Total Market, maupun saham AS yang stabil.

Kalau kamu ingin memulai investasi sesuai dengan profil risiko pribadimu, kamu bisa memulai di Gotrade dengan deposit awal US$5, beli saham mulai US$1, dan coba trading 24 jam/5 hari.

FAQ

  1. Apakah risk capacity bisa meningkat?
    Ya, jika penghasilan bertambah, utang berkurang, dan dana darurat membaik.
  2. Apakah risk tolerance bisa dilatih?
    Bisa. Pengalaman menghadapi volatilitas membuat investor lebih tenang.
  3. Apa yang terjadi jika keduanya tidak seimbang?
    Portofolio cenderung tidak stabil dan keputusan investasi lebih emosional.

Disclaimer: PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.

Read more