Cara Mengurangi Risiko Overconcentration dalam Investasi
Banyak investor merasa portofolionya baik-baik saja selama saham yang mereka pegang terus naik. Namun ketika satu saham mulai menguasai sebagian besar nilai portofolio, risiko besar mulai muncul tanpa disadari.
Kondisi ini disebut overconcentration, dan bisa menjadi sumber kerugian serius jika saham tersebut tiba-tiba jatuh.
Artikel ini membahas apa itu overconcentration, kenapa berbahaya, dan cara mengatasinya secara praktis.
Apa Itu Overconcentration?
Overconcentration terjadi ketika porsi satu saham atau satu sektor terlalu besar dalam portofolio sehingga pergerakan negatif dari aset tersebut bisa menggerus portofolio secara keseluruhan.
Melansir YellowWood, portofolio yang overweight pada satu saham sangat rentan terhadap shock mendadak, misalnya laporan earnings buruk, berita negatif, atau penurunan pasar. Semakin besar ketergantungan pada satu aset, semakin besar risiko kerugiannya.
Kenapa Overconcentration Berbahaya?
1. Penurunan satu saham bisa menghancurkan total portofolio
Jika satu saham menguasai 40 sampai 60 persen portofolio, penurunan 20 persen saja sudah membuat portofolio total jatuh drastis.
Contoh: Jika portofolio Rp10 juta dan Rp6 juta ada di satu saham, penurunan 20 persen berarti kerugian Rp1,2 juta hanya dari satu posisi.
2. Ketergantungan pada satu sektor
Overconcentration tidak hanya dari satu saham, tetapi juga satu sektor seperti:
- Teknologi
- Energi
- Finansial
Ketika sektor tersebut jatuh, seluruh portofolio ikut terseret.
3. Risiko berita negatif
Satu headline buruk seperti skandal manajemen, penarikan produk, atau perubahan regulasi bisa memukul harga saham tajam dalam waktu singkat.
4. Tidak sesuai profil risiko
Tanpa sadar, portofolio menjadi jauh lebih agresif daripada yang diinginkan investor.
5. Menghilangkan potensi diversifikasi
Konsep diversifikasi adalah menyebar risiko, tetapi overconcentration justru melakukan sebaliknya.
Tanda-Tanda Portofolio Kamu Sudah Overconcentrated
1. Satu saham memiliki porsi lebih dari 25 persen
Bagi sebagian investor, ini sudah dianggap terlalu tinggi.
2. Profit paling besar berasal dari satu saham
Jika satu posisi menentukan arah portofolio, risikonya meningkat.
3. Sektor tertentu mendominasi
Misalnya 70 persen portofolio ada di saham teknologi.
4. Penurunan saham tertentu langsung memengaruhi emosi
Jika pergerakan satu saham membuat kamu cemas, itu tanda porsi terlalu besar.
Kenapa Banyak Investor Tidak Menyadari Overconcentration?
1. Karena saham sedang naik
Saat performa sedang bagus, investor merasa nyaman dan tidak melihat risiko di baliknya.
2. Bias emosional
Investor sering “jatuh cinta” pada saham tertentu (attachment bias).
3. Tidak melakukan rebalancing
Portofolio yang tidak diatur ulang dapat membuat satu saham tumbuh terlalu besar secara otomatis.
4. Mengikuti tren
Saham populer seperti NVDA, TSLA, atau AAPL mudah membuat investor overweight jika tidak hati-hati.
Cara Mengurangi Risiko Overconcentration
1. Tentukan batas porsi maksimal per saham
Banyak ahli menyarankan porsi ideal:
- 10 persen per saham untuk pemula
- Maksimal 20 persen untuk investor berpengalaman
Jika porsi melewati batas, kamu bisa menjual sebagian untuk mengatur ulang.
2. Melakukan rebalancing berkala
Rebalancing setiap 3 sampai 6 bulan membantu menjaga komposisi portofolio tetap sesuai rencana. Jika satu saham naik terlalu cepat, rebalancing membantu mengunci keuntungan.
3. Diversifikasi sektor
Pastikan portofolio tersebar di berbagai sektor seperti:
- Teknologi
- Kesehatan
- Konsumer
- Energi
- Finansial
Diversifikasi sektor membuat portofolio lebih tahan terhadap volatilitas tertentu.
4. Gunakan ETF untuk diversifikasi cepat
Jika kamu kesulitan memilih banyak saham, ETF seperti:
- ETF pasar luas (S&P 500)
- ETF teknologi
- ETF healthcare
bisa membantu menyebar risiko tanpa perlu membeli banyak saham satu per satu.
5. Hindari menambah posisi ketika sudah overweight
Banyak investor justru menambah posisi di saham favorit ketika naik, membuat ketergantungan semakin parah.
6. Perhatikan korelasi antar aset
Jika seluruh saham dalam portofolio bergerak serupa, diversifikasi kamu mungkin tidak efektif.
7. Gunakan strategi layering
Ketika ingin menambah posisi, lakukan bertahap sambil melihat proporsi dalam portofolio.
Contoh Mengurangi Overconcentration secara Praktis
Misalkan portofolio kamu Rp 20 juta dan 50 persen ada di satu saham teknologi (Rp 10 juta). Untuk mengurangi risiko, kamu bisa:
- Jual 20 persen posisi di saham tersebut → Rp 4 juta
- Alihkan dana ke ETF broad market → Rp 2 juta
- Alihkan ke sektor berbeda (kesehatan, energi, konsumsi) → Rp 2 juta
Dengan cara ini, portofolio menjadi lebih seimbang dan tidak tergantung pada satu saham saja.
Kapan Overconcentration Bisa Diterima?
Jarang sekali. Namun ada pengecualian:
- Investor dengan keyakinan sangat tinggi setelah riset mendalam
- Profesional yang mengerti risiko dalam
- Investor tahap awal di startup (skenario venture investing)
Tetapi untuk investor ritel umum, overconcentration hampir selalu meningkatkan risiko berlebihan.
Kesimpulan
Overconcentration terjadi ketika satu saham atau sektor mendominasi portofolio sehingga risiko kerugiannya meningkat tajam. Diversifikasi, rebalancing, dan pembatasan porsi per saham adalah cara paling efektif untuk mengurangi risiko ini.
Dengan komposisi portofolio yang lebih seimbang, kamu dapat menghadapi volatilitas pasar dengan lebih tenang dan konsisten.
Jika kamu ingin membangun portofolio global yang lebih terdiversifikasi, aplikasi Gotrade Indonesia memberi akses ke saham dan ETF 24 jam.
Kamu bisa menyusun portofolio lebih sehat tanpa perlu overweight pada satu saham.
FAQ
Apa itu overconcentration?
Overconcentration adalah kondisi ketika satu saham atau sektor terlalu mendominasi portofolio.
Kenapa overweight saham berbahaya?
Karena penurunan satu saham bisa menghancurkan portofolio secara keseluruhan.
Bagaimana cara mengurangi overconcentration?
Dengan rebalancing, diversifikasi sektor, dan pembatasan porsi maksimal per saham.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.