Nvidia Tepis Isu Bubble AI dengan Laporan Kuat, Amankah Masuk?

Pendapatan Nvidia melonjak 62 persen dan meredakan ketakutan pasar soal bubble AI. Simak analisis lengkap dampaknya bagi saham Big Tech dan strategimu di sini.

Nvidia Tepis Isu Bubble AI dengan Laporan Kuat, Amankah Masuk?

Jakarta, Gotrade News - Ketakutan pasar akan ledakan "gelembung AI" atau kondisi di mana harga aset naik jauh melebihi nilai aslinya sempat mereda baru-baru ini. Hal ini terjadi berkat laporan pendapatan yang luar biasa dari Nvidia.

Laporan tersebut membuktikan mengapa produsen chip ini menjadi perusahaan paling bernilai di dunia saat ini.

Namun hal itu bukan berarti risiko volatilitas pasar sudah hilang sepenuhnya. Perusahaan teknologi raksasa atau Big Tech sedang bersiap menghabiskan triliunan dolar lagi untuk teknologi ini. Kami akan membahas apa artinya ini bagi strategi investasi kamu.

Bukti Nyata dari Angka Nvidia

Kekhawatiran bahwa tren AI hanyalah sensasi sesaat yang akan segera runtuh telah diredam oleh Nvidia. Laporan kuartalan terbaru mereka menunjukkan bahwa belanja infrastruktur AI justru semakin kencang.

Menurut data yang dirilis oleh AP News, Nvidia mencatatkan pendapatan kuartalan sebesar $57 miliar. Angka ini merupakan lonjakan sebesar 62 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan penjualan ini bahkan lebih cepat jika dibandingkan dengan kenaikan 56 persen pada kuartal sebelumnya.

Tidak berhenti di situ saja. Nvidia memproyeksikan pendapatan sebesar $65 miliar untuk periode November hingga Januari ini. Jika tercapai maka itu akan menjadi kenaikan 65 persen secara tahunan atau Year over Year (YoY). YoY adalah metode membandingkan hasil keuangan periode waktu tertentu dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Analis dari UBS yang dipimpin oleh Timothy Arcuri menyatakan dalam laporannya bahwa sangat sulit melihat saham ini tidak bergerak lebih tinggi dari posisi sekarang. Arcuri juga menambahkan bahwa gelombang infrastruktur AI masih naik begitu cepat sehingga akan mengangkat kinerja sektor ini secara keseluruhan.

Meskipun harga saham sempat fluktuatif karena faktor eksternal seperti laporan pekerjaan pemerintah dan suku bunga, valuasi Nvidia tetap bertahan di angka $4,4 triliun. Ini lebih dari 10 kali lipat valuasinya tiga tahun lalu saat OpenAI merilis ChatGPT.

Pertaruhan Besar Raksasa Teknologi

Angka fantastis Nvidia sebenarnya adalah cerminan dari belanja modal masif yang dilakukan oleh klien utamanya. Perusahaan seperti Microsoft, Amazon, Alphabet (Google), dan Meta Platforms sedang berlomba membangun pusat data yang kini dikenal sebagai "pabrik AI".

Jake Behan selaku kepala pasar modal di firma investasi Direxion menyebutkan bahwa belanja AI tidak hanya bertahan tapi justru berakselerasi. Ini adalah sinyal yang sangat dibutuhkan pasar untuk tetap optimis.

CEO Nvidia Jensen Huang menegaskan bahwa dari sudut pandang mereka pertumbuhan ini memiliki kedalaman dan jangkauan yang luas. Huang membantah narasi bahwa AI hanyalah sebuah gelembung kosong.

Data pendukung lain datang dari laporan Gartner Inc. yang memperkirakan belanja AI global akan naik menjadi lebih dari $2 triliun tahun depan. Angka ini merupakan peningkatan 37 persen dari perkiraan $1,5 triliun pada tahun ini.

Namun ada sisi lain yang perlu kamu perhatikan. Beberapa perusahaan mendanai ambisi AI mereka dengan utang yang cukup besar. Strategi ini mulai membuat investor cemas.

Contohnya adalah Meta Platforms dan Oracle. Menurut laporan AP News harga saham kedua perusahaan ini mengalami penurunan lebih dari 20 persen sejak akhir Oktober karena kekhawatiran investor terkait beban biaya tersebut.

Apakah Investasi Ini Akan Terbayar?

Pertanyaan terbesar bagi investor saat ini adalah soal profitabilitas atau kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Apakah uang triliunan dolar yang digelontorkan untuk AI akan menghasilkan keuntungan dan produktivitas nyata dalam waktu dekat?

Survei terbaru dari Bank of America terhadap manajer investasi global menunjukkan persentase rekor responden yang mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan saat ini sedang melakukan "investasi berlebihan". Ini adalah sinyal peringatan yang wajar dalam siklus investasi teknologi baru.

Di sisi lain perusahaan seperti Apple dan raksasa teknologi lainnya masih memiliki neraca keuangan yang sangat sehat berkat aliran kas dari bisnis inti mereka. Hal ini memberi mereka nafas panjang untuk terus bereksperimen.

Chris Zaccarelli dari Northlight Asset Management memberikan pandangan yang seimbang. Ia mengakui bahwa valuasi pasar saat ini memang tinggi dan ada sedikit buih di pasar namun belanja untuk AI adalah sesuatu yang nyata. Menurutnya kita baru akan tahu apakah belanja ini berlebihan atau tidak dalam beberapa tahun ke depan.

Bagi kamu investor ritel ini adalah pengingat untuk tetap fokus pada fundamental jangka panjang. Volatilitas jangka pendek memang menakutkan tetapi tren belanja infrastruktur teknologi ini menunjukkan bahwa revolusi AI baru saja dimulai.

Referensi:

Disclaimer

PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.

Read more