Mengenal Emotional Spending dan Cara Mengendalikannya

Mengenal Emotional Spending dan Cara Mengendalikannya

Banyak orang ingin konsisten berinvestasi, tetapi sering gagal karena tanpa sadar terjebak dalam emotional spending. Emotional spending adalah kebiasaan belanja yang dipicu perasaan, bukan kebutuhan.

Ketika stres, bosan, atau merasa butuh reward, uang yang seharusnya masuk ke tabungan atau investasi malah habis untuk hal impulsif. Kebiasaan ini tampak kecil, tetapi bisa berdampak besar pada kontrol keuangan dan kemampuan membangun aset jangka panjang.

Nah, kali ini, Gotrade akan memberikan penjelasan mendalam tentang emotional spending, dampak, dan cara mengendalikannya untuk kamu.

Pengertian Emotional Spending

Emotional spending adalah tindakan membeli sesuatu berdasarkan dorongan emosi, bukan pertimbangan rasional.

Belanja menjadi cara cepat untuk membuat diri merasa lebih baik, meski hanya sementara. Sayangnya, rasa puas itu cepat hilang, tetapi konsekuensi finansialnya masih tertinggal.

Perilaku ini biasanya muncul karena faktor psikologis seperti:

  • Stres kerja
  • Tekanan sosial
  • Kebutuhan pengakuan
  • FOMO saat melihat teman atau influencer membeli hal tertentu
  • Kecenderungan mencari kenyamanan cepat (instant gratification)

Dalam jangka panjang, emotional spending membuat seseorang sulit membangun kebiasaan finansial yang sehat.

Dampak Emotional Spending Terhadap Keuangan dan Investasi

Mengurangi kemampuan menabung

Uang yang harusnya digunakan untuk menambah aset malah habis untuk belanja impulsif. Ini memperlambat proses membangun keamanan finansial.

Mengganggu cash flow bulanan

Belanja berbasis emosi sering dilakukan tanpa perhitungan, membuat cash flow berantakan dan memaksamu mengurangi alokasi investasi.

Tujuan jangka panjang seperti dana rumah, dana pensiun, atau investasi jangka panjang bisa tertunda bertahun-tahun hanya karena keputusan kecil yang dilakukan terlalu sering.

Mempengaruhi kesehatan mental

Ironisnya, emotional spending mungkin muncul dari stres, tetapi akhirnya justru menciptakan stres baru ketika keuangan menjadi tidak stabil.

Menghambat efek compounding

Satu bulan tidak berinvestasi mungkin terasa kecil, tetapi jika kebiasaan ini berulang, kamu kehilangan peluang pertumbuhan jangka panjang dari compounding.

Hubungan Emotional Spending dengan Psikologi Uang

Emotional spending tidak berdiri sendiri. Perilaku ini muncul dari cara seseorang memandang uang, pengalaman masa kecil, dan lingkungan sosial.

Psikologi uang menjelaskan bahwa manusia sering mengambil keputusan finansial bukan berdasarkan logika, tetapi emosi.

Dua pola psikologis yang paling sering memicu emotional spending adalah:

Hedonic adaptation

Kamu terbiasa dengan kenyamanan baru, sehingga terus mencari “dopamin” dari belanja lebih besar.

Emotional gap

Saat emosi negatif meningkat, otak mencari pelarian cepat, dan belanja menjadi sarana untuk mengisi kekosongan sementara.

Memahami psikologi uang membantumu mengambil keputusan yang lebih tenang dan objektif.

Cara Mengendalikan Emotional Spending

Kenali pemicu emosimu

Catat kapan kamu cenderung belanja impulsif. Setelah stres kerja? Saat sedang bosan? Ketika melihat diskon? Mengenali pola ini adalah langkah pertama untuk berubah.

Gunakan aturan 24 jam

Jika kamu ingin membeli sesuatu, tunggu 24 jam sebelum checkout. Banyak keinginan impulsif yang menghilang dengan sendirinya setelah dipikirkan ulang.

Buat anggaran lifestyle yang realistis

Lifestyle bukan musuh. Kamu tetap boleh menikmati hidup, tetapi dengan batasan. Alokasikan dana khusus untuk leisure, dan pastikan tidak mengganggu dana investasi.

Gunakan sistem otomatis

Auto-invest atau auto-transfer membantu kamu memindahkan uang ke investasi sebelum kebiasaan belanja mengambil alih. Dengan begitu, kebutuhan penting selalu “dibayar duluan”.

Perkuat habit finansial positif

Mulai dari hal kecil: mencatat pengeluaran, menonaktifkan notifikasi diskon, atau membatasi window shopping. Habit kecil menciptakan perubahan besar dalam jangka panjang.

Mengalihkan Emotional Spending Menjadi Investasi Produktif

Cara terbaik mengurangi emotional spending bukan hanya menahan diri, tetapi mengganti perilaku tersebut dengan kebiasaan baru yang lebih sehat.

Contoh sederhana:

  • Saat tergoda belanja, pindahkan nominal yang sama ke akun investasi.
  • Reward dirimu bukan dengan belanja, tetapi dengan aktivitas yang memperkaya diri seperti membaca, olahraga, atau belajar skill baru.
  • Jadikan investasi sebagai “hadiah masa depan” agar mindset lebih positif.

Semakin sering kamu melakukan pengalihan ini, semakin kuat otot disiplin finansialmu.

Kesimpulan

Emotional spending bisa terlihat sepele, tetapi dampaknya besar bagi stabilitas keuangan dan kemampuanmu membangun kekayaan jangka panjang.

Dengan memahami pemicunya, mengatur anggaran secara bijak, dan membangun kebiasaan finansial yang lebih sehat, kamu bisa mengalihkan energi impulsif menjadi investasi yang produktif dan berkelanjutan.

Mulai bangun portofolio globalmu lewat Gotrade dengan modal mulai Rp15.000. Klik di sini untuk download Gotrade apps, lalu buat dan verifikasi akun, kemudian mulai trading 24 jam di aplikasinya.

FAQ

Apa beda emotional spending dan belanja normal?

Emotional spending dilakukan karena dorongan emosi, bukan kebutuhan atau rencana.

Bagaimana tahu kalau saya sudah kecanduan emotional spending?

Jika kamu sering menyesal setelah belanja atau cash flow selalu terganggu, itu tanda awalnya.

Bisa tidak emotional spending hilang sepenuhnya?

Bisa dikendalikan, meski tidak selalu hilang total. Kuncinya adalah kesadaran, kebiasaan baru, dan strategi otomatis.

Disclaimer

PT Valbury Asia Futures adalah Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.

Read more