Memahami Buy, Hold, Sell dalam Analisis Saham

Buy Hold Sell adalah sistem rekomendasi saham dari analis. Pelajari cara membaca dan menilai akurasinya sebelum berinvestasi lewat Gotrade.

Memahami Buy, Hold, Sell dalam Analisis Saham
Freepik.com/@freepik

Setiap kali kamu membaca laporan riset saham, pasti sering menemukan istilah seperti Buy, Hold, atau Sell. Tiga kata sederhana ini dikenal sebagai sistem Buy Hold Sell rating, panduan yang digunakan analis untuk memberikan rekomendasi atau sinyal terhadap suatu saham.

Namun, seberapa akuratkah rating ini? Apakah investor bisa sepenuhnya mengandalkan rekomendasi tersebut? Mari kita bahas secara lengkap.

Apa Itu Buy Hold Sell?

Buy Hold Sell adalah sistem penilaian yang digunakan oleh analis saham untuk memberi sinyal apakah investor sebaiknya membeli (Buy), menahan (Hold), atau menjual (Sell) suatu saham.

Rating ini biasanya diterbitkan oleh bank investasi, lembaga riset, atau analis profesional setelah mereka melakukan penilaian terhadap laporan keuangan, valuasi, dan prospek bisnis perusahaan.

Secara umum, melansir Investopedia, arti dari masing-masing rating adalah:

  • Buy: saham dinilai undervalued atau berpotensi naik signifikan dalam jangka waktu tertentu.
  • Hold: saham dinilai sudah berada pada nilai wajarnya, tidak terlalu murah maupun mahal.
  • Sell: saham dianggap overvalued atau memiliki risiko penurunan harga ke depan.

Bagaimana Rating Buy Hold Sell Dibuat?

Proses penentuan rating saham tidak dilakukan secara subjektif.

Analis menggunakan kombinasi data keuangan, valuasi, dan faktor eksternal untuk menentukan rating akhir.

1. Analisis fundamental perusahaan

Analis memeriksa laporan keuangan, mulai dari pendapatan, laba bersih, arus kas, hingga utang. Mereka menilai apakah pertumbuhan bisnis bisa berlanjut secara berkelanjutan.

2. Penilaian valuasi

Analis membandingkan harga saham saat ini dengan nilai wajarnya berdasarkan model valuasi seperti:

Jika harga pasar jauh di bawah estimasi nilai wajar, maka saham mendapat rekomendasi Buy.

3. Faktor eksternal dan kondisi makro

Faktor seperti kebijakan suku bunga, inflasi, atau tren industri juga diperhitungkan. Misalnya, sektor teknologi bisa mendapat lebih banyak rating Buy saat ekonomi sedang ekspansif.

4. Target harga (price target)

Analis menetapkan price target, yaitu estimasi harga saham dalam 6–12 bulan ke depan. Biasanya, rating ditentukan berdasarkan potensi kenaikan (upside) dari harga saat ini:

  • Buy: potensi naik lebih dari 15%
  • Hold: potensi naik 0–15%
  • Sell: potensi turun dari harga sekarang

Contohnya, jika saham Apple saat ini di $200 dan analis memperkirakan target harga $240, maka rating-nya adalah Buy dengan potensi kenaikan 20%.

Seberapa Akurat Rating Buy Hold Sell

Meskipun terlihat sederhana, rating analis tidak selalu menjadi panduan sempurna. Ada beberapa alasan mengapa hasilnya bisa bervariasi:

1. Asumsi bisa berubah

Rating dibuat berdasarkan kondisi ekonomi dan data saat laporan disusun. Jika ada perubahan signifikan (seperti suku bunga naik tajam atau laporan keuangan mengecewakan), maka rating bisa menjadi usang.

2. Bias institusional

Beberapa lembaga keuangan memiliki hubungan bisnis dengan perusahaan yang mereka liput, sehingga bisa muncul bias positif dalam rekomendasi mereka.

3. Mayoritas rekomendasi cenderung “Buy”

Studi yang dilansir IG Group menunjukkan sebagian besar analis lebih sering memberi rating Buy ketimbang Sell. Alasannya sederhana, investor lebih suka membaca kabar positif, dan rekomendasi Sell kadang dianggap “berisiko” secara reputasi.

4. Reaksi pasar tidak selalu sejalan

Kadang, meski rating Buy diberikan, harga saham tetap turun karena faktor eksternal seperti ketegangan geopolitik, sentimen industri, atau rotasi sektor.

Cara Investor Menggunakan Rating Buy Hold Sell

Kamu bisa memanfaatkan rekomendasi analis dengan bijak, asalkan tahu bagaimana menginterpretasikannya. Berikut tips yang bisa diterapkan:

1. Lihat konsensus, bukan satu sumber

Gunakan situs seperti MarketBeat, Yahoo Finance, atau TipRanks untuk melihat consensus rating dari banyak analis. Semakin banyak analis yang sepakat, semakin kuat keyakinannya.

2. Perhatikan price target

Jangan hanya lihat rating “Buy”, tapi juga berapa besar potensi kenaikannya dari harga saat ini. Kadang Buy dengan upside 5% tidak lebih menarik daripada Hold dengan prospek stabil.

3. Lihat perubahan rating

Jika saham tiba-tiba berubah dari Hold ke Buy, atau dari Buy ke Sell, itu sering menjadi sinyal bahwa ekspektasi pasar sedang berubah dan bisa diikuti dengan volatilitas harga.

4. Padukan dengan analisis pribadi

Gunakan rating analis sebagai panduan awal, lalu lakukan analisis sendiri dengan melihat laporan keuangan, tren industri, dan berita terbaru.

5. Gunakan untuk menyusun watchlist

Kamu bisa menggunakan daftar saham dengan konsensus Strong Buy untuk membuat watchlist potensial, sambil menunggu momentum harga yang tepat.

Kesimpulan

Buy Hold Sell adalah sistem rekomendasi saham yang digunakan analis untuk menilai apakah saham layak dibeli, ditahan, atau dijual berdasarkan analisis fundamental dan valuasi.

Meski sering menjadi acuan utama bagi banyak investor, rating ini tetap harus dilihat secara kritis, bukan diikuti mentah-mentah. Gunakan rating tersebut sebagai peta arah pasar, bukan kompas tunggal keputusan investasi.

Nah, sudah lebih paham tentang Buy Hold Sell bukan? Jika sudah, maka berarti kamu sudah siap untuk mulai trading via aplikasi Gotrade. Hanya di Gotrade, kamu bisa beli fractional shares dari saham populer AS seperti Google, Netflix, hingga Tesla hanya dari 1 Dolar AS.

FAQ

Apa arti rating Buy Hold Sell dalam saham?
Buy berarti saham diperkirakan naik, Hold artinya stabil, dan Sell menunjukkan potensi penurunan harga.

Siapa yang membuat rating tersebut?
Biasanya analis dari lembaga keuangan, bank investasi, atau perusahaan riset pasar saham.

Apakah rating Buy selalu berarti saham pasti naik?
Tidak, rating bersifat prediksi berbasis data yang bisa berubah jika kondisi pasar berubah.

Bagaimana investor menggunakan rating ini?
Sebagai referensi tambahan untuk riset saham, bukan sebagai satu-satunya dasar pengambilan keputusan.

Disclaimer: PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.