Kabar Dagang AS-China & Inflasi Melunak Bawa Reli Saham AS

Data inflasi CPI AS melunak, beri sinyal The Fed pangkas suku bunga. Namun, ekonomi 'bentuk K' tunjukkan kesenjangan antara saham AI dan sektor lainnya

Kabar Dagang AS-China & Inflasi Melunak Bawa Reli Saham AS

Pasar saham global mendapat angin segar minggu ini, didorong oleh dua kabar baik utama. Ada kemajuan signifikan dalam perundingan dagang AS-China dan data inflasi yang lebih rendah dari perkiraan.

Ini memberi sinyal kuat bahwa bank sentral AS, The Federal Reserve, akan segera memangkas suku bunga.

Potensi Damai Dagang & Sinyal Suku Bunga Turun

Pejabat tinggi ekonomi AS dan China dilaporkan telah menyusun kerangka kerja kesepakatan dagang, menurut laporan dari Reuters. Kesepakatan ini rencananya akan ditinjau dan diselesaikan oleh Presiden Trump dan Xi di KTT APEC.

Menurut Menteri Keuangan AS Scott Bessent, yang dikutip dalam laporan tersebut, perundingan ini dapat menghentikan ancaman kenaikan tarif AS dan menunda kontrol ekspor rare earths (logam tanah jarang) oleh China.

Logam tanah jarang adalah komponen yang sangat penting untuk teknologi generasi baru, terutama Artificial Intelligence (AI).

China saat ini mengontrol sebagian besar produksi dan penyulingan rare earths secara global. The Investor Place mencatat bahwa penundaan pembatasan ekspor ini akan menghilangkan "beban besar" bagi para investor di sektor AI.

Di sisi lain, laporan inflasi CPI (Indeks Harga Konsumen) AS untuk September dirilis lebih rendah dari perkiraan Wall Street.

Angka inflasi tahunan tercatat 3,0%, sedikit di bawah estimasi analis sebesar 3,1%. Data inti CPI, yang tidak termasuk harga pangan dan energi, juga menunjukkan hasil yang lebih ringan.

Data ini memberi The Fed "jalur yang jelas" untuk memotong suku bunga acuan sebesar 0,25% pada pertemuan FOMC (Federal Open Market Committee) hari Rabu ini.

Investor legendaris Louis Navellier, dalam podcast Growth Investor, menyatakan bahwa data inflasi "telah gagal," sehingga The Fed dapat melanjutkan pemotongan suku bunga.

Ekonomi 'Bentuk K': Saham AI vs Sektor Lain

Meskipun pasar secara keseluruhan tampak positif, ada perbedaan kinerja yang sangat tajam antara sektor teknologi dan sektor lainnya.

Delapan perusahaan teknologi besar, termasuk Broadcom Inc. dan NVIDIA Corporation, kini menyumbang sekitar 37% dari total kapitalisasi pasar S&P 500.

Analisis The Investor Place menunjukkan saham Broadcom Inc. telah melonjak lebih dari 53% tahun ini, dan NVIDIA Corporation naik hampir 40%. Sementara itu, sektor "Everything Else" seperti kebutuhan pokok dan konsumer hanya naik kurang dari 5%.

Pakar teknologi Luke Lango menyebut fenomena ini sebagai "ekonomi berbentuk K". Satu lengan 'K' adalah ekonomi AI yang melonjak, sementara lengan lainnya adalah "ekonomi lainnya" yang berjuang menghadapi suku bunga tinggi dan konsumen yang lelah.

Kesenjangan ini juga terlihat di tingkat konsumen. Sebuah survei Deloitte yang dikutip The Investor Place menemukan 57% konsumen AS memperkirakan ekonomi akan melemah.

Bahkan, konsumen Gen Z dilaporkan berencana mengurangi belanja liburan mereka rata-rata 34% dibandingkan tahun 2024.

Strategi Investor: Momentum AI & Bahaya Uang Tunai

Luke Lango menyarankan investor untuk tetap "menunggangi momentum AI" selagi masih ada. Ia memperkirakan ledakan AI ini kemungkinan masih memiliki landasan 12 hingga 24 bulan ke depan.

Meski begitu, ia juga menyarankan untuk tetap waspada dan memiliki strategi keluar. Investor perlu memperhatikan tanda-tanda peringatan ekonomi, seperti peningkatan gagal bayar atau pelemahan pasar tenaga kerja.

Bagi investor jangka panjang, menghindari pasar saham bisa jadi lebih berisiko daripada menghadapi koreksi pasar.

The Investor Place mengutip investor besar Peter Lynch yang berkata, "Jauh lebih banyak uang yang hilang oleh investor yang bersiap menghadapi koreksi... daripada yang hilang dalam koreksi itu sendiri."

Menyimpan uang tunai dalam jangka panjang terbukti merugikan karena inflasi.

Data dari Charlie Bilello dari Creative Planning menunjukkan bahwa dalam 30 tahun terakhir, daya beli dolar AS telah runtuh sebesar 52,75%.

Kalkulator inflasi dari Bureau of Labor Statistics (BLS) juga menunjukkan bahwa $100.000 pada Januari 2020 kini membutuhkan $125.905 pada September 2025 hanya untuk memiliki daya beli yang sama. Ini berarti nilai uang tunai kamu tergerus hampir 26% hanya dalam lima tahun.

Intinya, kecuali untuk periode yang sangat singkat, tidak berinvestasi merupakan risiko yang jauh lebih besar bagi kekayaan kamu dalam jangka panjang.

Referensi:

Disclaimer

PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.

Read more