JP Morgan Peringatkan Inggris Pangkas Tunjangan atau Naik Pajak

Bank terbesar dunia JP Morgan memperingatkan Inggris harus memotong anggaran belanja kesejahteraan (welfare) atau menghadapi kenaikan pajak tahunan

JP Morgan Peringatkan Inggris Pangkas Tunjangan atau Naik Pajak

Bank investasi terbesar di dunia, JP Morgan (JPM), mengeluarkan peringatan serius menjelang penetapan Anggaran belanja Inggris bulan depan.

Menurut laporan The Telegraph, JP Morgan menyatakan bahwa Inggris harus memangkas pengeluaran untuk tunjangan kesejahteraan (welfare). Jika tidak, negara itu berisiko menghadapi siklus kenaikan pajak yang "menyengsarakan" setiap tahunnya.

Fokus utama dari peringatan ini adalah masalah belanja negara yang membengkak, bukan pendapatan dari pajak.

Tekanan dari Belanja Pensiun dan Pengangguran

Karen Ward dari JP Morgan Asset Management (JPAM) menyoroti dua masalah struktural utama dalam anggaran Inggris, seperti yang dilaporkan oleh The Telegraph.

Masalah pertama adalah "state pension triple lock". Ini adalah kebijakan yang menjanjikan kenaikan pendapatan pensiunan setidaknya 2,5% setiap tahun.

Menurut Kantor Anggaran Inggris (OBR) yang dikutip The Telegraph, kebijakan ini ternyata tiga kali lebih mahal dari perkiraan awal. Belanja pensiun kini mencakup sekitar setengah dari total tagihan kesejahteraan Inggris yang mencapai £342 miliar.

Masalah kedua adalah meningkatnya angka pengangguran di kalangan anak muda. The Telegraph mencatat bahwa jumlah anak muda yang tidak bekerja, tidak menempuh pendidikan, atau tidak sedang dalam pelatihan (NEET) akan segera melampaui satu juta orang untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade.

Kepercayaan Investor di Pasar Obligasi

Ketidakmampuan pemerintah untuk mengatasi tekanan belanja ini berdampak langsung pada kepercayaan investor.

Karen Ward menjelaskan kepada The Telegraph bahwa investor kini membebankan biaya lebih tinggi untuk meminjamkan uang ke Inggris dibandingkan ke negara-negara pesaing.

Pasar obligasi pemerintah Inggris, yang dikenal sebagai "gilt market", sangat memahami masalah ini.

"Ada premi risiko (risk premium) yang nyata di pasar gilt," kata Ward. Premi risiko ini adalah imbal hasil ekstra yang diminta investor karena mereka melihat adanya risiko politik dalam penerapan kebijakan yang sensitif, seperti pemotongan anggaran kesejahteraan.

Peringatan ini sejalan dengan pandangan dari Barclays dan Institute for Fiscal Studies, yang menurut The Telegraph, juga menyarankan Inggris memotong belanja kesejahteraan untuk mendapatkan kembali kepercayaan investor.

JP Morgan Tidak Khawatir Gelembung AI

Di tengah kekhawatiran anggaran ini, The Telegraph juga menyoroti peringatan lain dari Bank of England dan IMF mengenai potensi gelembung AI (Artificial Intelligence) yang mengancam krisis keuangan.

Namun, JP Morgan tampaknya memiliki pandangan berbeda.

John Bilton dari JPAM mengatakan kepada The Telegraph bahwa peringatan tersebut "berlebihan" dan ia "secara umum tidak khawatir" tentang gelembung di pasar keuangan.

Bilton menambahkan bahwa pasar ekuitas sering kali "mendaki dinding kekhawatiran" (climb a wall of worry). Ia berpendapat bahwa jika melihat fundamental seperti arus kas yang dihasilkan dan investasi yang sedang dibangun, pasar masih terlihat kuat.

"Kita harus waspada terhadap risiko, tapi saya pikir kita juga harus berhati-hati untuk tidak melebih-lebihkannya," tutup Bilton.

Referensi:

Disclaimer

PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.

Read more