Interest Rate Risk: Apa Itu dan Dampaknya pada Investasi

Interest Rate Risk: Apa Itu dan Dampaknya pada Investasi

Ketika bank sentral seperti The Fed menaikkan atau menurunkan suku bunga, pasar finansial sering bergerak cepat dalam hitungan menit.

Salah satu alasan utamanya adalah keberadaan interest rate risk, yaitu risiko yang muncul akibat perubahan tingkat suku bunga.

Bagi investor saham, obligasi, maupun ETF, memahami interest rate risk sangat penting untuk menjaga stabilitas portofolio, terutama saat pasar sedang tidak pasti.

Artikel ini membahas apa itu interest rate risk, bagaimana dampaknya terhadap berbagai instrumen, dan bagaimana investor dapat mengelolanya.

Apa Itu Interest Rate Risk?

Interest rate risk adalah risiko perubahan nilai aset akibat naik turunnya suku bunga acuan.

Menurut Investopedia, risiko ini terutama memengaruhi harga obligasi, tetapi juga berdampak pada saham, ETF, real estate, dan aset keuangan lainnya.

Sederhananya: ketika suku bunga bergerak, pasar ikut berubah.

Dampaknya bisa menguntungkan atau merugikan tergantung jenis aset yang kamu miliki.

Kenapa Interest Rate Risk Terjadi?

Interest rate risk muncul karena hubungan langsung antara suku bunga, biaya pinjaman, dan ekspektasi pasar.

1. Ketika suku bunga naik

  • Biaya pinjaman meningkat.
  • Konsumsi menurun.
  • Profit perusahaan bisa tertekan.
  • Investor cenderung berpindah ke instrumen berisiko rendah dengan yield lebih menarik.

2. Ketika suku bunga turun

  • Biaya pinjaman menjadi murah.
  • Perusahaan dapat berekspansi.
  • Investor kembali ke saham berisiko tinggi.
  • Obligasi lama dengan kupon besar menjadi lebih berharga.

Perubahan inilah yang membuat harga aset berfluktuasi.

Dampak Interest Rate Risk pada Obligasi

Obligasi adalah instrumen yang paling sensitif terhadap perubahan suku bunga.

1. Harga obligasi turun saat suku bunga naik

Jika suku bunga naik, yield obligasi baru jadi lebih menarik. Investor akan menjual obligasi lama sehingga harganya turun.

Contoh: Obligasi lama kupon 4 persen → obligasi baru kupon 6 persen → harga obligasi lama anjlok.

2. Obligasi tenor panjang paling berisiko

Semakin panjang durasi, semakin besar sensitivitas terhadap suku bunga. Inilah alasan kenapa bond ETF jangka panjang bisa turun ketika The Fed menaikkan suku bunga.

3. Obligasi jangka pendek lebih stabil

Karena durasi rendah, pergerakan harganya tidak terlalu dipengaruhi perubahan suku bunga.

Dampak Interest Rate Risk pada Saham

Tidak semua saham bereaksi sama terhadap perubahan suku bunga. Berikut pola umumnya:

1. Saham growth paling sensitif

Perusahaan teknologi atau growth stocks biasanya terdampak besar karena:

  • Valuasi masa depan menjadi lebih mahal.
  • Biaya modal meningkat.
  • Arus kas di masa kini belum kuat.

Ini sebabnya saham teknologi sering turun saat The Fed menaikkan suku bunga.

2. Saham value lebih tahan banting

Sektor seperti:

  • Consumer staples.
  • Healthcare.
  • Utilities.

Cenderung stabil karena permintaan tetap kuat meski suku bunga naik.

3. Sektor finansial bisa diuntungkan

Bank dan lembaga keuangan sering mendapat margin lebih baik ketika suku bunga naik. Namun ini tergantung kondisi ekonomi secara keseluruhan.

Dampak Interest Rate Risk pada ETF

ETF mengikuti perilaku aset dasarnya.

1. ETF obligasi

  • Bond ETF jangka panjang → sangat sensitif.
  • Bond ETF jangka pendek → lebih stabil.
  • High yield bond → sensitif tetapi dengan pola berbeda.

2. ETF saham growth

Sering turun saat suku bunga naik karena sentimen terhadap risiko berubah.

3. ETF sektor defensif

Biasanya lebih kuat dalam era suku bunga tinggi.

4. ETF pasar luas

Mengalami dampak campuran tetapi lebih stabil daripada sektor tertentu.

Interest Rate Risk Bisa Memicu Volatilitas Besar

Perubahan suku bunga sering menjadi salah satu pemicu terbesar volatilitas pasar.

Contoh periode sensitif:

  • Tahun 2022, The Fed menaikkan suku bunga secara agresif untuk menekan inflasi.
  • Efeknya: pasar saham global terkoreksi, terutama sektor teknologi, sementara obligasi jangka panjang turun tajam.

Periode seperti ini menunjukkan bahwa interest rate risk dapat memukul banyak jenis aset sekaligus.

Cara Investor Menghadapi Interest Rate Risk

1. Diversifikasi portofolio

Jangan hanya memegang satu jenis instrumen yang sensitif terhadap suku bunga. Kombinasikan saham, ETF, dan obligasi jangka pendek.

2. Pilih obligasi durasi pendek

Short term bond ETF lebih tahan terhadap perubahan suku bunga.

3. Hindari overweight pada growth stocks saat era suku bunga tinggi

Saham dengan valuasi tinggi paling rentan mengalami koreksi.

4. Tambahkan sektor defensif

Healthcare, consumer staples, dan utilities cenderung lebih stabil.

5. Perhatikan komentar The Fed

Pernyataan bank sentral sering memengaruhi sentimen pasar bahkan sebelum kebijakan resmi diumumkan.

6. Gunakan strategi DCA

Membeli rutin tiap bulan membantu mengurangi risiko harga tinggi saat volatilitas meningkat.

Contoh Strategi Portofolio Ketika Suku Bunga Naik

Misalkan kamu memiliki portofolio Rp 10 juta. Kamu bisa menyesuaikan sebagai berikut:

  • 40 persen ETF pasar luas.
  • 20 persen sektor defensif.
  • 20 persen short-term bond ETF.
  • 10 persen saham blue chip.
  • 10 persen cash equivalents.

Tujuannya menjaga stabilitas tanpa mengorbankan pertumbuhan jangka panjang.

Kesimpulan

Interest rate risk adalah risiko perubahan nilai aset akibat naik turunnya suku bunga. Risiko ini berdampak besar pada obligasi, terutama tenor panjang, dan memengaruhi sektor saham tertentu seperti growth dan teknologi.

Dengan memahami bagaimana suku bunga memengaruhi berbagai instrumen, investor bisa menyesuaikan strategi portofolio agar lebih stabil dan siap menghadapi perubahan ekonomi.

Jika kamu ingin membangun portofolio global dengan saham dan ETF yang lebih terdiversifikasi, Gotrade Indonesia memungkinkan kamu berinvestasi mulai dari Rp 15.000.

Langkah kecil namun konsisten dapat membantu menghadapi perubahan suku bunga dengan lebih percaya diri.

FAQ

Apa itu interest rate risk?

Risiko perubahan nilai aset akibat naik turunnya suku bunga acuan.

Aset apa yang paling sensitif terhadap suku bunga?

Obligasi tenor panjang dan saham growth.

Bagaimana cara mengurangi risiko ini?

Dengan diversifikasi, memilih obligasi durasi pendek, dan menambahkan sektor defensif.

Disclaimer

PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.

Read more