Guilt Spending: Arti, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Guilt Spending: Arti, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Pernah merasa bersalah setelah belanja sesuatu padahal kamu mampu membelinya? Atau justru merasa “enggak pantas” menikmati hasil kerja keras sendiri karena takut terlihat boros? Fenomena ini disebut guilt spending.

Hal ini cukup umum terjadi, terutama di kalangan pekerja muda yang sedang belajar menyeimbangkan antara hidup hemat dan menikmati hidup.

Rasa bersalah setelah belanja ini seringkali membuat kamu terjebak dalam siklus stres finansial. Padahal, pengelolaan uang yang sehat bukan hanya soal menabung atau investasi, tapi juga soal menikmati uang dengan penuh kesadaran.

Simak pemaparan lengkap dari Gotrade dalam artikel berikut ini.

Apa Itu Guilt Spending?

Guilt spending adalah perasaan bersalah, cemas, atau menyesal yang muncul setelah kamu mengeluarkan uang untuk hal-hal yang sebenarnya kamu inginkan atau butuhkan.

Misalnya, kamu beli tiket konser favorit setelah lembur seminggu penuh, tapi malah merasa berdosa karena “harusnya uangnya bisa ditabung”.

Menurut Fidelity, fenomena ini biasanya muncul dari konflik antara dua sisi dalam diri kita:

  • sisi rasional, yang ingin mengelola keuangan dengan disiplin, dan
  • sisi emosional, yang butuh penghargaan atau kesenangan dari hasil kerja keras.

Jika tidak dikelola dengan baik, guilt spending bisa menimbulkan rasa stres, dan ironisnya, justru berujung pada perilaku impulsif seperti “balas dendam belanja”.

Kenapa Guilt Spending Terjadi?

Ada beberapa penyebab utama kenapa seseorang mengalami guilt spending:

  • Didikan finansial yang terlalu ketat: Kamu mungkin dibesarkan dengan pandangan bahwa mengeluarkan uang untuk kesenangan adalah hal negatif.
  • Tekanan sosial: Melihat orang lain sukses menabung atau berinvestasi bisa membuat kamu merasa tertinggal saat menggunakan uang untuk hal non-produktif.
  • Kurangnya pemahaman tentang keseimbangan finansial: Banyak orang menganggap hidup hemat = hidup bahagia, padahal kebahagiaan finansial juga datang dari keseimbangan antara menabung dan menikmati hasil kerja.

Cara Mengatasi Guilt Spending

Untungnya, guilt spending bisa diatasi tanpa harus merasa bersalah setiap kali kamu ingin menikmati uangmu.

Berikut beberapa langkah sederhana untuk melatih mindful spending dan menjaga keseimbangan hidup.

1. Bedakan antara kebutuhan emosional dan impulsif

Sebelum membeli sesuatu, tanyakan pada diri sendiri: “Apakah aku benar-benar menginginkan ini karena butuh, atau karena ingin melampiaskan stres?”

Kalau jawabannya karena stres, beri jeda 24 jam sebelum memutuskan. Ini membantu kamu berpikir lebih jernih dan menghindari penyesalan.

2. Masukkan “fun money” ke dalam anggaran

Setiap bulan, alokasikan sebagian kecil dari penghasilanmu (misalnya 5–10%) sebagai “uang bahagia", uang yang memang kamu izinkan untuk dihabiskan tanpa rasa bersalah.

Dengan begitu, kamu bisa menikmati belanja kecil seperti kopi favorit, skincare, atau tiket bioskop tanpa mengganggu rencana keuangan besar.

3. Sadari bahwa self-reward bukan dosa

Memberi penghargaan pada diri sendiri setelah bekerja keras adalah bentuk self-care, bukan pemborosan.

Selama kamu melakukannya dengan proporsional, belanja sesekali justru membantu menjaga semangat dan motivasi finansial jangka panjang.

4. Gunakan sistem “save to spend”

Kalau kamu ingin membeli barang yang lebih besar (seperti gadget atau liburan), buat tabungan khusus dan kumpulkan sedikit demi sedikit.

Dengan begitu, kamu akan merasa lebih nyaman karena pembelian tersebut adalah hasil perencanaan, bukan impuls sesaat.

5. Evaluasi nilai emosional dari pengeluaran

Setiap pengeluaran punya nilai emosional. Misalnya, makan malam bareng teman lama bisa jadi lebih “berharga” daripada barang diskon yang tidak kamu butuhkan.

Saat kamu mulai memahami nilai di balik setiap pengeluaran, kamu akan lebih mudah menerima bahwa tidak semua uang harus diukur dari sisi produktivitas semata.

Kapan Guilt Spending Menjadi Masalah?

Kalau rasa bersalah membuat kamu:

  • Terus menunda hal-hal yang bisa meningkatkan kualitas hidup,
  • Selalu cemas setiap kali belanja kebutuhan pribadi,
  • Atau malah memicu belanja kompulsif (balas dendam setelah merasa bersalah),

Maka kamu perlu mengatur ulang pola pikir finansialmu. Uang seharusnya jadi alat bantu hidup, bukan sumber rasa bersalah.

Kesimpulan

Mengelola keuangan bukan berarti harus menahan semua keinginan. Justru, keseimbangan antara menikmati hidup dan membangun masa depan adalah kunci finansial yang sehat.

Dengan belajar mindful spending, kamu bisa mengubah guilt spending jadi keputusan yang lebih sadar dan menyenangkan.

Jadi, jangan terlalu keras pada diri sendiri, nikmati hasil kerja kerasmu, asal tetap sesuai rencana finansial yang matang!

Setelah kamu merencanakannya dengan baik, kamu bisa mempertimbangkan juga investasi untuk menumbuhkan harta atau uangmu.

Jika sudah siap, kamu bisa download aplikasi Gotrade dan rencanakan investasimu!

FAQ

1. Apakah guilt spending selalu buruk?

Tidak. Rasa bersalah bisa menjadi sinyal untuk meninjau kembali kebiasaan belanja, tapi bukan berarti kamu harus berhenti menikmati uangmu.

2. Bagaimana cara membedakan guilt spending dengan belanja impulsif?

Guilt spending biasanya muncul setelah pembelian yang sebenarnya terencana, tapi menimbulkan rasa bersalah. Sedangkan belanja impulsif dilakukan tanpa pertimbangan dan sering disesali segera setelahnya.

3. Apakah mindful spending bisa membantu mengurangi guilt spending?

Ya, karena mindful spending mengajarkan kamu untuk mengenali alasan emosional di balik setiap pengeluaran dan menyeimbangkannya dengan tujuan finansial.

Disclaimer

PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.

Read more