Framing Bias: Apa Itu, Pengaruh, Dampak, Cara Mengatasi
Pernah merasa lebih optimis ketika membaca berita yang menyoroti kenaikan pasar, tetapi langsung takut ketika melihat angka penurunan pada periode yang sama? Jika iya, kamu sedang terpengaruh framing bias.
Banyak investor tidak menyadari bahwa cara informasi disajikan dapat mengubah cara mereka memaknai risiko, peluang, dan kualitas sebuah keputusan.
Artikel ini akan membahas apa itu framing bias, dampaknya untuk investor, serta cara menghindarinya agar keputusan finansial tetap objektif.
Apa Itu Framing Bias dalam Investasi
Framing bias adalah bias kognitif ketika seseorang menilai data atau situasi berbeda hanya karena cara informasi tersebut disampaikan.
Mengutip Corporate Finance Institute, framing effect membuat investor memandang keputusan seolah lebih baik atau lebih buruk tergantung presentasinya, meskipun datanya sama.
Pengaruh Framing Bias pada Investor
Headline sensasional menciptakan reaksi emosional.
Melansir Investopedia, berita pasar sering menggunakan kata-kata dramatis seperti “jatuh tajam”, “ambruk”, atau “melambung tinggi” untuk menarik perhatian.
Pilihan kata ini memicu reaksi emosional yang dapat memengaruhi keputusan investasi, meskipun data aslinya tidak se ekstrem headline.
Penekanan pada angka tertentu membuat investor salah menilai risiko
Jika sebuah perusahaan melaporkan kenaikan pendapatan 20 persen tetapi headline hanya menekankan “laba turun dari kuartal sebelumnya”, investor mungkin menganggap kinerja buruk. Padahal gambar besarnya mungkin positif.
Fokus pada jangka waktu tertentu membuat persepsi bias
Grafik pasar dapat terlihat sangat berbeda hanya dengan mengubah time frame. Grafik satu minggu bisa menunjukkan penurunan tajam, sementara grafik satu tahun menunjukkan tren naik yang sehat. Jika investor hanya melihat grafik harian, framing tersebut dapat menimbulkan panik.
Informasi yang dipresentasikan dalam bentuk persentase vs nominal
Misalnya sebuah saham turun 2 persen terdengar kecil. Namun jika diberi tahu bahwa portofolio kamu turun 2 juta rupiah, efek emosionalnya jauh lebih besar. Ini membuat investor melakukan keputusan berdasarkan reaksi emosional, bukan evaluasi rasional.
Contoh Framing Bias saat Investasi
Contoh 1: Penurunan jangka pendek yang dilebih-lebihkan
Sebuah headline menulis “IHSG turun 3 persen hari ini”, tetapi tidak menyebutkan bahwa pasar telah naik 8 persen bulan sebelumnya. Investor yang hanya membaca headline mungkin berpikir pasar sedang buruk, padahal tren besarnya positif.
Contoh 2: Data earnings yang diframing negatif
Perusahaan A melaporkan pendapatan naik 15 persen dan pengguna meningkat. Tetapi headline menyoroti “laba bersih turun tipis dari kuartal sebelumnya”. Fokus pada satu angka membuat investor melewatkan konteks pertumbuhan yang lebih luas.
Dampak Framing Bias pada Keputusan Investasi
Memicu keputusan emosional
Investor lebih mudah panik atau terlalu optimis jika informasi disajikan dengan framing tertentu. Ini membuat mereka membeli atau menjual berdasarkan perasaan, bukan proses analisis.
Risiko salah membaca kualitas aset
Ketika hanya melihat bagian informasi yang diframing secara dramatis, investor bisa salah menilai fundamental perusahaan. Keputusan jadi reaktif, bukan strategis.
Mengabaikan data jangka panjang
Fokus pada grafik jangka pendek atau headline harian membuat investor lupa bahwa investasi seharusnya dilihat dari perspektif tahunan, bukan harian.
Terjebak pada narasi yang tidak lengkap
Framing tertentu dapat menyembunyikan konteks penting, seperti tren industri, siklus pasar, atau kondisi makro ekonomi. Akibatnya, gambaran besar hilang.
Cara Menghindari Framing Bias dalam Investasi
1. Lihat data jangka panjang
Selalu bandingkan data harian dengan grafik mingguan, bulanan, dan tahunan. Dengan melihat tren panjang, kamu bisa menilai apakah sebuah pergerakan signifikan atau hanya noise.
2. Baca laporan lengkap, bukan hanya headline
Headline dibuat untuk menarik perhatian, bukan mendidik. Pastikan kamu membaca laporan earnings, analisis industri, atau penjelasan lengkap sebelum mengambil kesimpulan.
3. Tanyakan apakah framing informasi mempengaruhi persepsi
Jika sebuah berita membuat kamu panik atau terlalu optimis, berhenti sebentar dan tanya: “Apakah datanya benar-benar berubah? Atau aku hanya terpengaruh cara penyampaiannya?”
4. Gunakan sumber data mentah
Gunakan grafik harga, laporan resmi perusahaan, atau data ekonomi dari sumber kredibel. Semakin dekat ke data asli, semakin kecil pengaruh framing.
5. Latih objektivitas dengan membandingkan dua framing berbeda
Coba bacakan dua headline yang menyajikan data sama dalam framing positif dan negatif. Latihan ini membantu meningkatkan kesadaran terhadap bias.
6. Jangan membuat keputusan dari satu indikator
Selalu gabungkan beberapa data, seperti tren industri, laporan keuangan, valuasi, dan outlook ekonomi. Keputusan dari satu headline atau satu grafik sangat rentan bias.
Kesimpulan
Framing bias adalah bias kognitif yang membuat investor bereaksi berdasarkan cara informasi disampaikan, bukan berdasarkan data sebenarnya. Headline dramatis, fokus pada angka tertentu, atau grafik jangka pendek dapat menciptakan persepsi yang keliru.
Dengan melihat data panjang, membaca laporan lengkap, serta menghindari penilaian cepat dari headline, kamu bisa membuat keputusan investasi yang lebih objektif dan rasional.
Jika kamu ingin membangun kebiasaan investasi yang lebih terstruktur dan bebas dari bias kognitif, kamu bisa mulai investasi saham dan ETF global lewat Gotrade Indonesia.
Modal mulai dari Rp 15.000 cukup untuk memulai langkah pertama menuju portofolio yang lebih disiplin.
FAQ
Apa itu framing bias?
Framing bias adalah kecenderungan menilai informasi berdasarkan cara penyajiannya, bukan datanya.
Mengapa framing bias berbahaya bagi investor?
Karena dapat memicu keputusan emosional dan salah menilai risiko.
Bagaimana cara menghindari framing effect?
Dengan melihat data jangka panjang, membaca laporan lengkap, dan tidak mengambil keputusan dari headline singkat.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.