Flash Crash: Penyebab Pasar Saham Jatuh dalam Hitungan Detik

Bayangkan kamu sedang melihat portofolio sahammu, dan tiba-tiba harga jatuh 10% hanya dalam beberapa menit tanpa kabar buruk apa pun. Itulah yang disebut flash crash, fenomena langka tapi nyata di pasar keuangan modern.
Dalam era high frequency trading dan algoritma otomatis, flash crash menjadi risiko baru yang bisa mengguncang harga saham, indeks, bahkan mata uang, sebelum akhirnya pulih seketika.
Artikel ini akan membahas apa itu flash crash, penyebab utamanya, contoh historis paling terkenal, dan pelajaran penting bagi investor agar tetap tenang saat volatilitas ekstrem melanda.
Pengertian Flash Crash
Flash crash adalah penurunan harga aset yang sangat cepat dan signifikan dalam waktu singkat, diikuti dengan pemulihan harga yang hampir sama cepatnya.
Melansir U.S. Securities and Exchange Commission (SEC), fenomena ini biasanya terjadi dalam hitungan menit akibat kombinasi antara algoritma jual otomatis, likuiditas yang menipis, dan reaksi berantai dari sistem perdagangan elektronik.
Flash crash berbeda dari koreksi biasa karena:
- Terjadi tanpa katalis fundamental yang jelas.
- Didominasi oleh aktivitas algoritmik, bukan investor manusia.
- Harga sering kembali ke level semula dalam waktu singkat.
Penyebab Utama Flash Crash
1. Aktivitas high frequency trading (HFT)
High frequency trading melibatkan algoritma yang mengeksekusi ribuan transaksi per detik untuk mencari keuntungan kecil dari perbedaan harga. Ketika terjadi sinyal jual besar, algoritma lain bisa ikut menjual dalam pola berantai, mempercepat penurunan harga secara drastis.
2. Likuiditas pasar menghilang
Dalam kondisi ekstrem, pembeli tiba-tiba menarik order mereka dari order book karena takut harga terus turun. Akibatnya, tidak ada cukup permintaan untuk menyerap penjualan besar, menyebabkan harga jatuh bebas.
3. Kesalahan algoritma (fat finger atau error sistem)
Beberapa kasus flash crash disebabkan oleh kesalahan pemrograman atau input manusia. Misalnya, memasukkan angka transaksi yang salah, seperti menjual 1 juta lembar, padahal seharusnya 10 ribu.
4. Panic selling otomatis
Saat algoritma atau investor ritel menggunakan stop-loss orders, penurunan harga kecil bisa memicu gelombang jual otomatis, memperparah penurunan harga secara tiba-tiba.
Contoh Flash Crash Terkenal
1. Flash Crash 2010: Dow Jones anjlok 9% dalam 5 menit
Pada 6 Mei 2010, indeks Dow Jones Industrial Average tiba-tiba turun hampir 1.000 poin (sekitar 9%) hanya dalam lima menit, sebelum pulih sebagian besar kerugiannya dalam waktu kurang dari 20 menit.
Melansir SEC Report (2010), penyebab utamanya adalah kombinasi antara:
- Penjualan besar kontrak berjangka (futures) oleh algoritma.
- Kurangnya likuiditas di pasar saham.
- Reaksi berantai dari high frequency traders yang mempercepat penurunan.
Saham-saham besar seperti Procter & Gamble dan Accenture sempat turun lebih dari 30% sebelum kembali normal. Peristiwa ini menjadi peringatan keras bagi regulator tentang pentingnya kontrol sistem perdagangan elektronik.
2. Flash Crash 2020: Dampak awal pandemi COVID-19
Pada Maret 2020, saat pandemi mulai mengguncang pasar global, indeks S&P 500 jatuh lebih dari 7% dalam sehari, memicu circuit breaker yang menghentikan perdagangan sementara.
Meskipun bukan “crash dalam hitungan menit” seperti tahun 2010, volatilitas ekstrem di awal pandemi menunjukkan bagaimana algoritma, kepanikan investor, dan penarikan likuiditas bisa menciptakan efek domino.
Menurut Bloomberg Economics, volume perdagangan otomatis melonjak tajam selama minggu-minggu pertama pandemi, memperparah gejolak harga harian.
Dampak Flash Crash terhadap Investor
Bagi trader harian, flash crash bisa menghancurkan posisi dengan sangat cepat, terutama jika menggunakan leverage tinggi.
Namun bagi investor jangka panjang, fenomena ini lebih banyak menciptakan volatilitas jangka pendek ketimbang risiko permanen.
Efek umumnya meliputi:
- Harga saham anjlok sementara: Saham yang stabil bisa jatuh puluhan persen hanya dalam menit tanpa alasan fundamental.
- Likuiditas hilang mendadak: Sulit mengeksekusi order karena pasar “membeku”.
- Peluang beli ekstrem: Investor berpengalaman sering memanfaatkan flash crash untuk membeli saham bagus di harga murah, sebelum pasar pulih.
Pelajaran Penting untuk Investor
- Hindari order pasar saat volatilitas tinggi: Gunakan limit order agar transaksi tidak tereksekusi di harga yang terlalu ekstrem.
- Jangan panik: Flash crash biasanya bersifat sementara. Investor jangka panjang lebih baik menunggu pemulihan daripada menjual di tengah kepanikan.
- Gunakan stop-loss dengan bijak: Atur stop-loss di level yang wajar agar tidak ikut terpicu oleh fluktuasi sesaat.
- Diversifikasi portofolio: Dengan portofolio yang terdiversifikasi, dampak dari flash crash pada satu sektor atau saham bisa diminimalkan.
- Pantau berita dan aktivitas algoritmik: Jika volume perdagangan melonjak drastis tanpa berita fundamental, waspadai potensi flash crash.
Mengutip Wall Street Journal, teknologi seperti circuit breaker yang diberlakukan pasca-2010 kini membantu mencegah keruntuhan pasar yang lebih besar, tetapi tidak menghilangkan risiko sepenuhnya.
Kesimpulan
Flash crash menunjukkan sisi gelap dari efisiensi pasar modern. Ketika algoritma dan volatilitas bertemu, harga bisa berubah dalam hitungan detik.
Meskipun menakutkan, fenomena ini juga membuka peluang bagi investor yang sabar dan disiplin.
Makanya, kamu juga harus pilih strategi yang paling cocok dengan profil risikomu saat trading di aplikasi Gotrade agar kamu siap menghadapi volatilitas, secepat apa pun datangnya.
Yuk, mulai investasi saham hanya AS 1 Dolar, download Gotrade sekarang!
FAQ
Apa itu flash crash?
Peristiwa penurunan harga ekstrem dalam waktu sangat singkat, biasanya akibat perdagangan algoritmik dan likuiditas rendah.
Apa penyebab utamanya?
Aktivitas high frequency trading, error algoritma, serta hilangnya pembeli di pasar.
Apakah investor harus khawatir?
Tidak selalu. Flash crash sering bersifat sementara dan pasar biasanya pulih dengan cepat, tetapi tetap penting memahami risikonya.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.