Drawdown Recovery: Strategi Memulihkan Portofolio Setelah Penurunan Tajam

Drawdown Recovery: Strategi Memulihkan Portofolio Setelah Penurunan Tajam

Setiap investor pasti pernah mengalaminya: nilai portofolio tiba-tiba jatuh karena koreksi pasar atau keputusan investasi yang kurang tepat. Dalam dunia investasi, kondisi seperti ini disebut drawdown, dan proses untuk bangkit kembali dikenal sebagai drawdown recovery.

Menurut Investopedia, drawdown adalah penurunan nilai investasi dari puncak tertinggi ke titik terendah sebelum mencapai level baru. Tantangannya, semakin besar penurunan, semakin sulit pemulihannya. Misalnya, penurunan 50% memerlukan kenaikan 100% untuk kembali ke posisi semula.

Maka dari itu, strategi drawdown recovery harus realistis, disiplin, dan fokus pada efisiensi modal. Simak pemaparan lengkap Gotrade dari pengertian hingga langkah melakukannya di bawah ini.

Definis Drawdown dan Mengapa Penting

Drawdown bukan sekadar kerugian sesaat, tetapi ukuran penting dalam menilai risiko portofolio. Ia menunjukkan seberapa dalam dan lama sebuah portofolio butuh waktu untuk pulih.

Melansir Corporate Finance Institute (CFI), drawdown menjadi indikator kunci dalam strategi investasi karena memperlihatkan ketahanan portofolio terhadap volatilitas pasar.

Investor profesional bahkan sering menggunakan maximum drawdown (MDD) untuk mengevaluasi risiko strategi trading atau produk investasi seperti reksa dana dan hedge fund.

Contoh sederhana

Jika nilai portofolio kamu naik ke Rp100 juta, lalu turun menjadi Rp70 juta, drawdown-nya adalah:

(100 - 70) ÷ 100 = 30%

Artinya, kamu membutuhkan kenaikan sekitar 42,8% untuk kembali ke Rp100 juta.

Langkah-Langkah Realistis untuk Drawdown Recovery

1. Evaluasi penyebab penurunan

Langkah pertama adalah menganalisis sumber masalahnya. Apakah penurunan disebabkan faktor eksternal seperti krisis ekonomi, atau karena keputusan pribadi seperti overtrading dan terlalu banyak spekulasi?

Catat semua keputusan besar sebelum dan selama drawdown terjadi. Dengan memahami penyebabnya, kamu bisa mencegah kesalahan serupa di masa depan.

2. Hentikan kebiasaan averaging down tanpa perencanaan

Banyak investor tergoda membeli lebih banyak saat harga turun, berharap harga akan pulih. Padahal, jika tidak didukung analisis fundamental yang kuat, strategi ini justru memperbesar risiko.

Fokuslah pada saham atau instrumen dengan potensi pemulihan fundamental nyata, bukan hanya harga murah.

3. Validasi ulang fundamental dan katalis perbaikan

Pilih hanya aset yang memiliki prospek pemulihan rasional. Perhatikan:

  • Kinerja keuangan terbaru (apakah laba mulai stabil?).
  • Katalis jangka pendek seperti peluncuran produk, pemulihan ekonomi, atau kebijakan suku bunga.
  • Tren industri (apakah masih relevan dan tumbuh?).

Jika semua faktor tersebut mendukung, saham tersebut layak dipertahankan atau ditambah posisinya secara bertahap.

4. Revaluasi harga wajar dengan skenario konservatif

Gunakan pendekatan valuasi sederhana seperti Price-to-Earnings (P/E) atau Discounted Cash Flow (DCF) untuk menentukan harga wajar yang baru.

Pastikan menggunakan asumsi konservatif untuk memperlebar margin of safety. Dengan begitu, strategi pembelian ulang atau re-entry akan lebih rasional dan tidak emosional.

5. Rancang ulang rencana eksekusi

Setelah tahu aset mana yang masih layak, buat rencana pemulihan dengan jelas:

  • Tentukan level entry bertahap untuk membeli ulang.
  • Batasi ukuran setiap posisi agar tidak melebihi 5–10% dari total portofolio.
  • Gunakan stop loss untuk mencegah drawdown lanjutan.

6. Perkuat komponen defensif

Alihkan sebagian portofolio ke aset yang lebih stabil seperti ETF pasar luas, saham dividen tinggi, atau obligasi. Strategi ini memberikan waktu bagi aset berisiko tinggi untuk pulih tanpa menekan performa keseluruhan.

Investor yang melakukan rebalancing portofolio ke sektor defensif selama periode koreksi biasanya mampu mempercepat pemulihan portofolio hingga 20–30% lebih cepat dibanding yang pasif menunggu harga kembali.

7. Catat dan kelola emosi

Drawdown sering kali lebih banyak berdampak pada psikologi dibanding portofolio itu sendiri. Tuliskan alasan beli, rencana exit, dan kondisi yang membuat kamu membatalkan keputusan sebelumnya.

Dengan dokumentasi ini, kamu akan membangun emotional control dan sistem disiplin yang lebih kuat dalam investasi.

Tips untuk Investor Retail

Pemulihan dari drawdown bukan tentang balas dendam ke pasar, tetapi tentang manajemen risiko yang cerdas. Fokus utama adalah meminimalkan kesalahan berikutnya, bukan mencoba menggandakan keuntungan untuk menutup kerugian.

Mulailah dengan memperbaiki struktur portofolio: pertahankan aset yang fundamentalnya solid, diversifikasi antar sektor dan wilayah, serta gunakan strategi defensif untuk menstabilkan performa.

Seiring waktu, pasar akan memberi kesempatan baru, tetapi hanya untuk investor yang siap secara mental dan metodologis.

Kesimpulan

Drawdown recovery adalah proses penting dalam perjalanan investasi jangka panjang. Pemulihan tidak selalu cepat, tetapi dengan evaluasi yang jujur, strategi realistis, dan disiplin risiko yang kuat, setiap penurunan bisa menjadi peluang pembelajaran dan peningkatan.

Kamu bisa melacak performa, menilai drawdown, dan mengatur strategi pemulihan portofolio global dengan mudah menggunakan Gotrade, aplikasi yang memudahkan investor menganalisis dan berinvestasi di saham AS secara transparan dan efisien.

FAQ

1. Apakah semua portofolio bisa pulih dari drawdown besar?

Bisa, selama aset yang dimiliki masih memiliki nilai fundamental yang baik dan strategi pemulihan dilakukan dengan disiplin.

2. Apa kesalahan terbesar saat mencoba recovery?

Masuk terlalu cepat tanpa analisis atau menggandakan posisi hanya karena harga terlihat murah.

3. Berapa lama waktu normal untuk pemulihan portofolio?

Tergantung skala penurunan dan kondisi pasar, rata-rata 6–24 bulan untuk koreksi besar.

Disclaimer

PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.

Read more