Perbedaan Dollar-Cost Averaging vs Value Averaging: Risiko dan Potensi

Perbedaan Dollar-Cost Averaging vs Value Averaging: Risiko dan Potensi

Memahami perbedaan dollar-cost averaging vs value averaging penting bagi investor yang ingin membangun portofolio jangka panjang secara disiplin. Keduanya sama-sama strategi investasi berkala, tetapi cara kerja dan hasil akhirnya bisa berbeda.

Lewat artikel ini, Gotrade sudah menyiapkan penjelasan ringkas namun lengkap tentang apa itu DCA, apa itu value averaging, dan bagaimana membandingkannya agar kamu bisa menentukan strategi mana yang paling cocok dengan kepribadian dan tujuan kamu.

Sekilas tentang Dollar-Cost Averaging

Dollar-cost averaging adalah strategi berinvestasi dengan membeli saham atau ETF dalam nominal tetap pada interval waktu teratur, misalnya setiap minggu atau setiap bulan. Artinya, kamu akan membeli lebih banyak unit saat harga turun, dan lebih sedikit saat harga naik.

Strategi ini populer untuk investor pemula karena membantu menjaga disiplin dan mengurangi tekanan menebak waktu pembelian terbaik, dikutip dari Corporate Finance Institute.

Apa Itu Value Averaging?

Value averaging adalah strategi yang menetapkan nilai target portofolio pada setiap periode. Bukan nominal pembelian yang tetap, tetapi nilai portofolio yang ingin dicapai.

Artinya, melansir Investopedia, jika portofolio turun dan berada di bawah target, kamu membeli lebih banyak. Jika portofolio naik dan melebihi target, kamu membeli lebih sedikit atau bahkan tidak membeli sama sekali.

Contoh sederhana:

  • Target bulan ini: portofolio harus bernilai 5 juta.
  • Portofolio saat ini: 4 juta.

Maka kamu membeli 1 juta untuk menyesuaikan ke target.

Value averaging lebih responsif terhadap pergerakan harga, tetapi membutuhkan perhatian lebih.

Kelebihan dan Kekurangan DCA

1. Mudah dipraktikkan

DCA tidak membutuhkan perhitungan rumit. Cukup tentukan nominal tetap dan lakukan pembelian berkala.

2. Mengurangi risiko salah timing

Karena pembelian selalu berjalan, kamu tidak terlalu khawatir masuk di harga puncak.

3. Baik untuk market volatile

DCA otomatis menurunkan harga rata-rata ketika pasar sedang jatuh.

4. Bisa meminimalkan stres

Kamu tidak perlu memikirkan kapan beli. Jadwalnya sudah ditentukan.

5. Kekurangan: tidak maksimal di pasar naik kuat

Jika pasar sedang naik terus, strategi lump sum biasanya menghasilkan lebih banyak dibanding DCA.

Kelebihan dan Kekurangan Value Averaging

1. Lebih agresif saat harga turun

Value averaging mendorong kamu membeli lebih banyak saat pasar melemah, sehingga harga rata-rata beli bisa lebih rendah.

2. Lebih hemat saat harga mahal

Jika harga naik dan portofolio sudah melewati target, kamu bisa mengurangi pembelian. Ini mencegah kamu membeli terlalu mahal.

3. Potensi hasil lebih optimal

Karena pembelian disesuaikan dengan kondisi pasar, value averaging bisa menghasilkan return lebih tinggi dalam beberapa studi.

4. Kekurangan: butuh perhitungan rutin

Kamu harus mengecek nilai portofolio secara berkala dan menghitung gap dari target. Ini bisa terasa melelahkan bagi pemula.

5. Perlu dana fleksibel

Kadang kamu harus membeli jauh lebih banyak dari biasanya saat pasar turun. Ini tidak selalu nyaman atau sesuai anggaran.

Perbedaan Utama Dollar-Cost Averaging vs Value Averaging

1. Cara menentukan jumlah beli

  • DCA: nominal tetap setiap periode.
  • Value averaging: nominal berubah tergantung target nilai portofolio.

2. Respons terhadap harga

  • DCA: tetap membeli seperti biasa.
  • Value averaging: membeli lebih banyak saat harga turun, lebih sedikit saat naik.

3. Kebutuhan waktu dan perhatian

  • DCA: sederhana, cocok pemula.
  • Value averaging: butuh perhitungan rutin.

4. Risiko keuangan

  • DCA: mudah diprediksi.
  • Value averaging: kadang membutuhkan dana lebih besar dari rencana.

5. Potensi hasil

  • DCA: stabil dan mudah.
  • Value averaging: bisa lebih tinggi tetapi tidak dijamin.

Contoh Sederhana Perbandingan DCA vs Value Averaging

Misal kamu ingin investasi selama 4 bulan.

Dengan DCA:

  • Kamu selalu beli 1 juta per bulan.
  • Total dana masuk: 4 juta.

Dengan Value Averaging:

  • Kamu menetapkan target naik 1 juta setiap bulan.

Bisa jadi pembelianmu:

  • Bulan 1: 1 juta.
  • Bulan 2: 1,5 juta.
  • Bulan 3: 800 ribu.
  • Bulan 4: 700 ribu.

Dana yang keluar tidak selalu sama, tetapi strategi menyesuaikan harga pasar.

Strategi Mana yang Lebih Baik?

Tidak ada strategi yang “lebih benar”. Pilihan tergantung gaya kamu.

1. Pilih DCA jika...

  • kamu pemula
  • kamu ingin simpel dan tidak ribet
  • dana yang tersedia per bulan tetap
  • kamu ingin mengurangi stres
  • kamu cocok dengan investasi jangka panjang pasif

2. Pilih Value Averaging jika…

  • kamu punya fleksibilitas dana
  • kamu nyaman menghitung target nilai portofolio
  • kamu ingin strategi yang lebih responsif
  • kamu ingin memaksimalkan pembelian saat harga turun

Tips Memilih Strategi

1. Sesuaikan dengan cash flow

Jika penghasilan kamu tetap, DCA lebih cocok. Jika penghasilan fleksibel, value averaging mungkin bisa dicoba.

2. Pilih ETF untuk pemula

Baik DCA maupun value averaging, ETF seperti S&P 500 atau Nasdaq 100 lebih stabil untuk strategi jangka panjang.

3. Evaluasi setiap beberapa bulan

Pastikan strategi yang kamu pilih tetap sesuai tujuan.

Kesimpulan

Memahami perbedaan dollar-cost averaging vs value averaging membantu kamu memilih strategi yang paling sesuai kebutuhan.

DCA cocok bagi yang ingin sederhana dan stabil. Value averaging cocok untuk investor yang ingin pendekatan lebih terarah dan fleksibel. Pilih yang sesuai gaya hidup dan kenyamanan finansial kamu.

Kalau kamu ingin mulai menguji strategi di atas untuk saham dan ETF AS, kamu bisa memulainya di Gotrade dengan deposit awal mulai dari 5 dollar, dan membeli sahamnya mulai 1 dollar saja (sekitar Rp15.000).

FAQ

  1. Apa DCA dan value averaging bisa digabung?

Bisa. Kamu dapat memakai DCA sebagai dasar dan value averaging untuk kesempatan tertentu.

  1. Mana yang lebih cocok untuk pemula?

DCA lebih mudah dipraktikkan dan lebih stabil.

  1. Apakah value averaging menjamin hasil lebih besar?

Tidak. Hasil tetap bergantung kondisi pasar dan aset yang kamu pilih.

Disclaimer: PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.

Read more