Cash Drag: Pengertian, Dampak, dan Cara Mengatasinya

Cash Drag: Pengertian, Dampak, dan Cara Mengatasinya

Dalam dunia investasi, efisiensi modal sama pentingnya dengan strategi memilih aset. Salah satu faktor yang sering luput dari perhatian investor adalah cash drag, kondisi di mana terlalu banyak uang tunai di portofolio justru menurunkan total return investasi.

Meski memegang kas bisa memberi rasa aman dan fleksibilitas, terlalu banyak dana menganggur dapat menggerus potensi pertumbuhan jangka panjang.

Dalam artikel ini, Gotrade akan membahas apa itu cash drag, bagaimana dampaknya terhadap portofolio, serta cara menyeimbangkan likuiditas tanpa mengorbankan imbal hasil investasi.

Pengertian Cash Drag

Cash drag adalah situasi ketika sebagian besar portofolio disimpan dalam bentuk uang tunai (cash) atau instrumen sangat likuid seperti deposito, sehingga total return investasi menjadi lebih rendah dibanding jika seluruh dana diinvestasikan.

Menurut IG Group, cash drag biasanya terjadi karena investor:

  • Menahan dana karena menunggu momen masuk pasar yang tepat.
  • Menyimpan dana besar sebagai cadangan darurat di akun investasi.
  • Tidak segera merealokasikan hasil penjualan saham atau dividen.

Secara sederhana, semakin besar porsi uang tunai yang tidak diinvestasikan, semakin besar potensi kehilangan opportunity cost dari pertumbuhan pasar.

Dampak Cash Drag Terhadap Return Portofolio

Efek cash drag sering kali tidak terlihat dalam jangka pendek, tetapi bisa signifikan dalam jangka panjang.

Bayangkan dua investor dengan total portofolio sebesar $100.000:

  • Investor A menaruh 100% di saham dengan rata-rata return tahunan 8%.
  • Investor B menaruh 80% di saham dan 20% dalam kas tanpa bunga.

Setelah satu tahun:

  • Investor A mendapat $8.000 return.
  • Investor B hanya memperoleh $6.400 (8% × 80%).

Dengan kata lain, cash drag sebesar 20% di portofolio mengurangi total return sebesar 1,6% per tahun. Selisih ini mungkin terlihat kecil, tetapi dalam horizon 10 tahun bisa berarti puluhan juta rupiah.

Menurut Kruze, efek ini semakin terasa dalam lingkungan suku bunga rendah karena kas tidak memberikan imbal hasil yang berarti, sedangkan pasar modal terus tumbuh.

Mengapa Investor Menyimpan Kas Terlalu Banyak

Meski terdengar merugikan, cash drag sering kali muncul karena alasan psikologis dan strategis.

  1. Ketakutan terhadap volatilitas: Investor sering menahan kas saat pasar bergejolak untuk menghindari potensi kerugian jangka pendek.
  2. Menunggu momen pasar ideal: Upaya menebak kapan waktu terbaik untuk masuk pasar sering berakhir dengan kehilangan momentum pertumbuhan.
  3. Kebutuhan likuiditas: Bagi sebagian investor, kas dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek seperti dana darurat atau rencana pembelian besar.
  4. Kurangnya strategi alokasi ulang (rebalancing): Kadang hasil penjualan saham atau dividen tidak langsung diinvestasikan kembali, sehingga kas menumpuk tanpa disadari.

Strategi Mengurangi Cash Drag

Kuncinya bukan menghindari kas sepenuhnya, tetapi menemukan keseimbangan antara likuiditas dan efisiensi return.

  1. Tentukan proporsi kas optimal: Sebagai panduan umum, investor ritel dapat menyimpan 5–10% dari portofolio dalam bentuk kas untuk kebutuhan likuiditas jangka pendek. Di atas angka itu, risiko cash drag mulai meningkat.
  2. Investasikan kas pasif ke instrumen likuid berimbal hasil: Daripada menunggu di rekening biasa, dana menganggur bisa dialihkan ke instrumen seperti money market fund, short-term bond ETF, atau T-bills yang relatif stabil dan tetap memberikan imbal hasil.
  3. Gunakan strategi dollar-cost averaging (DCA): Bagi investor yang takut masuk pasar sekaligus, DCA membantu mengurangi risiko timing dengan cara berinvestasi secara berkala dalam jumlah tetap.
  4. Rebalancing portofolio secara teratur: Dengan memeriksa alokasi aset secara periodik, kamu bisa memastikan tidak ada porsi kas berlebih akibat penjualan aset atau distribusi dividen.
  5. Gunakan aplikasi investasi dengan eksekusi cepat: Platform yang efisien membantu kamu meminimalkan waktu tunggu antara penjualan dan reinvestasi aset. Semakin cepat kas berputar, semakin kecil efek cash drag terhadap performa portofolio.

Cash Drag dalam Konteks Pasar Global

Dalam skala institusional, efek cash drag juga dialami oleh mutual fund dan ETF. Banyak manajer investasi yang menyimpan kas sekitar 1–5% untuk kebutuhan redemption (penarikan dana investor).

Namun, di masa volatilitas ekstrem seperti pandemi 2020, sebagian manajer meningkatkan kas hingga 10–15%, yang pada akhirnya menyebabkan underperformance dibanding indeks acuan.

Data dari Bloomberg Intelligence menunjukkan bahwa dana dengan cash holding di atas 10% cenderung tertinggal 1–2% per tahun dibanding rekan sejenis yang lebih agresif.

Kesimpulan

Cash drag bisa menjadi penghambat tersembunyi dalam portofolio investasi. Meskipun memiliki kas penting untuk menjaga likuiditas dan ketenangan pikiran, proporsinya perlu dijaga agar tidak mengurangi potensi pertumbuhan jangka panjang.

Dengan strategi seperti rebalancing, DCA, dan pemanfaatan instrumen likuid berimbal hasil, investor dapat menjaga efisiensi portofolionya tanpa kehilangan fleksibilitas.

Kalau kamu ingin mengoptimalkan dana dan memastikan uangmu selalu produktif, download Gotrade sekarang!

Saatnya kelola saham dan ETF global dengan efisien, transparan, dan bebas efek cash drag.

FAQ

Apa yang dimaksud dengan cash drag?

Cash drag terjadi ketika terlalu banyak dana disimpan dalam bentuk tunai, sehingga menurunkan total return investasi.

Apakah cash drag selalu buruk?

Tidak selalu. Memegang sebagian kas tetap penting untuk kebutuhan likuiditas, tetapi proporsinya harus dikendalikan.

Bagaimana cara mengatasi cash drag di portofolio?

Dengan menginvestasikan kas pasif ke instrumen likuid, menggunakan strategi DCA, dan melakukan rebalancing secara berkala.

Disclaimer

PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.