Cara Menilai Kinerja ETF: Jangan Hanya Lihat Return
Ketika kamu memilih ETF, wajar kalau hal pertama yang dilihat adalah return-nya. Siapa yang tidak tertarik dengan angka imbal hasil yang tinggi, bukan? Namun, di dunia investasi, return hanyalah sebagian cerita.
Dua ETF dengan return serupa bisa punya perbedaan besar dalam biaya, efisiensi, dan risikonya. Maka, jika kamu ingin investasi yang lebih cerdas dan berkelanjutan, kamu perlu tahu cara menilai kinerja ETF lebih dari sekadar hasil akhir.
Apa Itu ETF dan Kenapa Banyak Diminati?
Exchange-Traded Fund (ETF) adalah reksa dana yang diperdagangkan di bursa seperti saham. Setiap ETF biasanya mengikuti kinerja suatu indeks, misalnya S&P 500, Nasdaq 100, atau sektor tertentu seperti teknologi atau energi.
Keunggulannya:
- Diversifikasi otomatis (satu ETF bisa berisi ratusan saham),
- Biaya rendah,
- Dan bisa dibeli mulai dari nominal kecil.
Namun, tidak semua ETF dibuat sama. Dua ETF yang melacak indeks serupa bisa memberikan hasil yang berbeda karena perbedaan struktur, biaya, dan manajemen.
Cara Menilai Kinerja ETF
1. Perhatikan expense ratio
Expense ratio adalah biaya tahunan yang dipotong dari total aset ETF untuk membayar manajemen dan operasional. Semakin rendah biayanya, semakin besar return yang bisa kamu nikmati dalam jangka panjang.
Sebagai contoh:
ETF A punya expense ratio 0,10%, sedangkan ETF B punya expense ratio 0,75%.
Sekilas selisih 0,65% terlihat kecil. Namun, jika kamu investasi Rp100 juta selama 20 tahun dengan return rata-rata 8% per tahun, perbedaan biaya itu bisa mengurangi potensi hasil lebih dari Rp40 juta.
Melansir Morningstar, investor global cenderung beralih ke ETF dengan biaya rendah karena pengaruhnya signifikan terhadap performa jangka panjang.
2. Cek tracking error
ETF dirancang untuk mengikuti (atau melacak) indeks tertentu, misalnya S&P 500. Namun, dalam praktiknya, performa ETF tidak selalu identik dengan indeks acuannya.
Selisih antara performa ETF dan indeks disebut tracking error. Semakin kecil angkanya, semakin efisien ETF tersebut dalam meniru indeks yang diikuti.
Contoh:
- S&P 500 naik 10% tahun ini.
- ETF X naik 9,9% → tracking error 0,1% (bagus).
- ETF Y naik 8,5% → tracking error 1,5% (kurang efisien).
ETF dengan tracking error rendah menunjukkan manajemen yang efisien dan struktur yang stabil. Sebaliknya, jika selisihnya terlalu besar, bisa jadi karena biaya tinggi, kesalahan rebalancing, atau likuiditas rendah.
3. Lihat volume dan likuiditas
ETF dengan volume transaksi tinggi lebih mudah dibeli dan dijual tanpa memengaruhi harga pasar secara signifikan.
Likuiditas yang baik juga membantu menjaga bid-ask spread tetap sempit, selisih antara harga beli (bid) dan harga jual (ask).
Semakin kecil spread, semakin efisien transaksimu. ETF dengan volume tinggi juga cenderung lebih stabil saat volatilitas pasar meningkat.
Sebagai gambaran:
ETF populer seperti SPY (SPDR S&P 500 ETF) punya volume harian sangat besar, sehingga spread-nya tipis.
Sementara ETF kecil atau niche bisa punya spread lebar, membuat transaksi lebih mahal bagi investor ritel.
4. Bandingkan performa relatif terhadap indeks
Jangan hanya lihat return absolut, selalu bandingkan dengan indeks acuannya. Tujuannya bukan mencari ETF dengan return tertinggi, tapi mencari ETF yang paling efisien dalam mereplikasi indeksnya.
Misalnya, dua ETF sama-sama mengikuti Nasdaq 100:
- ETF A mencatat return 12%, indeks naik 12,1%.
- ETF B mencatat return 10,9%, indeks naik 12,1%.
Meskipun sama-sama naik, ETF A bekerja lebih baik karena perbedaannya lebih kecil dengan indeks. Konsistensi seperti inilah yang penting untuk jangka panjang.
5. Evaluasi ukuran dan reputasi penerbit
ETF yang dikelola oleh penyedia besar seperti Vanguard, BlackRock (iShares), atau Invesco biasanya memiliki skala aset yang besar dan sistem manajemen risiko lebih solid.
Ukuran aset yang besar juga menunjukkan kepercayaan investor, yang berkontribusi pada likuiditas lebih baik dan biaya lebih efisien.
Namun, bukan berarti ETF kecil selalu buruk, asalkan kamu paham risikonya dan memastikan bahwa produk tersebut transparan serta diawasi oleh regulator yang kredibel.
6. Jangan abaikan faktor pajak dan distribusi dividen
ETF juga bisa membagikan dividen secara berkala. Perhatikan apakah dividen tersebut diinvestasikan kembali (accumulating) atau dibagikan tunai (distributing).
Selain itu, untuk investor Indonesia, penting memahami potongan pajak dividen dari saham AS. Di Gotrade, seluruh proses ini sudah transparan, jadi kamu bisa melihat return bersih setelah biaya dan pajak secara langsung di aplikasimu.
Kesimpulan
Menilai kinerja ETF tidak cukup hanya melihat return tahunan. Kamu perlu memahami biaya (expense ratio), tracking error, likuiditas, dan efisiensi terhadap indeks acuan untuk membuat keputusan yang lebih cerdas.
ETF yang baik bukan yang memberi hasil tertinggi sesaat, tapi yang stabil, efisien, dan transparan dalam jangka panjang.
Lewat Gotrade, kamu bisa mengakses berbagai ETF dengan biaya rendah, semuanya bisa dimulai dari Rp15.000 saja.
Ingat, investasi pintar bukan soal cari yang paling cepat untung, tapi yang paling konsisten tumbuh.
FAQ
1. Apakah return ETF selalu sama dengan indeks acuannya?
Tidak selalu. Selisih antara keduanya disebut tracking error — semakin kecil nilainya, semakin baik ETF-nya.
2. Berapa expense ratio yang ideal?
Untuk ETF besar seperti S&P 500, umumnya di bawah 0,10%. Untuk sektor atau pasar khusus, bisa sedikit lebih tinggi.
3. Apakah semua ETF cocok untuk investor pemula?
ETF indeks besar cocok untuk pemula karena stabil dan mudah dipahami. ETF tematik atau leverage sebaiknya untuk investor berpengalaman.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures adalah Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.