12 Cara Menghindari Emotional Spending agar Investasi Lebih Bijak

12 Cara Menghindari Emotional Spending agar Investasi Lebih Bijak

Banyak orang sudah berniat memulai investasi, tetapi dana selalu habis sebelum sempat disisihkan. Penyebab yang paling sering? Emotional spending, yaitu belanja karena emosi, bukan kebutuhan.

Tanpa disadari, kebiasaan ini bisa menggerus ruang investasi, membuat DCA tidak konsisten, dan menghambat progress finansial jangka panjang.

Lewat artikel ini, Gotrade sudah menyiapkan penjelasan tentang apa itu emotional spending dan 12 cara praktis untuk menghindarinya agar rencana investasimu tidak gagal.

Sekilas Tentang Emotional Spending

Emotional spending adalah perilaku belanja impulsif yang dipicu oleh emosi seperti stres, bosan, senang, atau FOMO. Belanja terasa sebagai “pelarian”, bukan kebutuhan nyata.

Contohnya:

  • Checkout keranjang karena lelah setelah kerja.
  • Beli barang hanya karena diskon besar.
  • Ikutan tren influencer padahal barang belum tentu dibutuhkan.
  • Self-reward berlebihan setelah gajian.

Perilaku ini terlihat kecil, tetapi jika dibiarkan rutin, dampaknya sangat signifikan pada cash flow dan kemampuan investasi.

Cara Menghindari Emotional Spending

Beberapa cara menghindari emotional spending yang bisa kamu lakukan, merangkum CNBC dan My Wellbeing:

1. Gunakan aturan 24 jam

Saat muncul dorongan membeli sesuatu, jangan langsung checkout. Simpan di keranjang, tunggu 24 jam. Sebagian besar keinginan impulsif hilang begitu waktunya lewat.

2. Terapkan sistem budget “fun spending”

Kamu tetap boleh belanja hiburan, tetapi tentukan limit bulanan, misalnya Rp200–300 ribu. Selama tidak melewati batas, kamu tetap bebas menikmati hal kecil tanpa mengganggu ruang investasi.

3. Pisahkan rekening belanja dan rekening investasi

Gunakan dua rekening terpisah: rekening untuk kebutuhan dan hiburan, serta rekening khusus investasi. Dengan cara ini, uang investasi tidak akan “terseret” oleh impulsive spending.

4. Terapkan pay yourself first

Begitu gajian, langsung sisihkan investasi lebih dulu, seperti ETF S&P 500, Total Market ETF, atau saham AS pilihanmu. Jika investasi dilakukan duluan, ruang untuk emotional spending akan otomatis mengecil.

5. Kenali trigger emosimu

Catat kapan kamu paling sering belanja impulsif. Contoh trigger umum: stres, bosan, balas dendam karena kerja berat, ingin reward, atau FOMO. Jika trigger sudah jelas, siapkan alternatif lebih sehat seperti olahraga, journaling, atau me time yang tidak butuh uang.

6. Kurangi paparan pemicu belanja

Ini sangat efektif meski sederhana: matikan notifikasi marketplace, batasi akun review produk, hapus metode pembayaran otomatis, dan hindari buka aplikasi belanja tanpa tujuan. Semakin sedikit pemicu, semakin kecil impuls belanja.

7. Gunakan daftar belanja prioritas

Buat daftar barang yang benar-benar kamu butuhkan. Jika barang yang mau dibeli tidak ada dalam daftar, tunda dulu sampai bulan depan. Cara ini melatih otak untuk memilih dengan sadar, bukan emosional.

8. Buat visualisasi target investasi

Visualisasi membantu mengingat tujuan jangka panjang. Simpan gambar atau catatan progres seperti target dana rumah, target dana pendidikan anak, grafik perkembangan ETF, dan jumlah yang harus dicapai dalam 5–10 tahun. Saat melihat tujuan ini, dorongan belanja impulsif biasanya melemah.

9. Terapkan aturan 1:1

Setiap kali ingin membeli sesuatu yang baru, tanyakan: “Barang lama apa yang akan aku ganti atau buang?” Jika tidak ada yang bisa diganti, mungkin kamu tidak benar-benar butuh barang baru itu.

10. Batasi penggunaan kartu kredit

Kartu kredit membuat belanja terasa “tidak mengeluarkan uang”, sehingga lebih memicu impulsif. Gunakan hanya satu kartu untuk kebutuhan esensial atau matikan transaksi online jika perlu.

11. Lakukan money journal mingguan

Catat setiap belanja impulsif selama seminggu. Saat melihat totalnya, kamu akan lebih sadar dan lebih termotivasi untuk mengontrol diri.

12. Gunakan mindset pertumbuhan (growth mindset)

Ubah cara pandang dari: “Beli ini supaya happy sekarang” menjadi: “Aku ingin mencapai tujuan finansial yang lebih besar.” Mindset ini membantu kamu menahan impuls dan menjaga konsistensi investasi.

Kesimpulan

Emotional spending adalah belanja yang dipicu oleh emosi, bukan kebutuhan. Dengan menerapkan aturan 24 jam, pay yourself first, membuat daftar prioritas, memisahkan rekening investasi, dan mengenali trigger emosimu, kamu bisa menghindari belanja impulsif dan menjaga rencana investasi tetap stabil.

Saat kebiasaan keuangan lebih terkontrol, kamu bisa lebih konsisten dalam membeli ETF seperti S&P 500, Total Market, atau saham-saham AS lewat DCA bulanan tanpa gangguan belanja yang tidak perlu.

Kalau kamu ingin mulai memperkuat kebiasaan investasi dan meminimalkan emotional spending, kamu bisa mulai di Gotrade dengan deposit awal US$5, pembelian saham mulai US$1, dan fleksibilitas trading 24 jam selama 5 hari.

FAQ

  1. Apakah emotional spending boleh sesekali?
    Boleh, asalkan dalam batas budget fun spending yang jelas.
  2. Kenapa gajian sering memicu emotional spending?
    Karena otak merasa “lebih aman”, sehingga impuls belanja meningkat.
  3. Apa cara paling cepat mengurangi emotional spending?
    Pisahkan rekening investasi dan terapkan aturan 24 jam.

Disclaimer: PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.

Read more