Cara Mengatasi Takut Rugi Saat Harga Saham Turun

Cara Mengatasi Takut Rugi Saat Harga Saham Turun

Setiap investor pasti pernah merasakan takut rugi investasi, terutama ketika pasar saham turun tajam dan portofolio mulai memerah. Rasa cemas, panik, atau ingin segera menjual saham adalah reaksi alami, apalagi bagi mental investor pemula yang baru menghadapi volatilitas pasar untuk pertama kalinya.

Namun, penting untuk diingat bahwa turunnya harga saham tidak selalu berarti kerugian sesungguhnya. Dalam dunia investasi, perbedaan antara unrealized loss dan realized loss bisa menentukan arah hasil jangka panjang kamu.

Nah, berikut Gotrade paparkan penjelasan lengkapnya untukmu.

6 Cara Mengatasi Takut Rugi

1. Kenali Dulu: Rugi di Atas Kertas Belum Tentu Rugi Nyata

Saat harga saham turun, kamu mungkin melihat portofolio berwarna merah dan merasa kehilangan uang. Tapi sebenarnya, itu disebut unrealized loss, kerugian sementara di atas kertas yang baru akan menjadi nyata (realized loss) jika kamu menjual saham tersebut.

Menurut Investopedia, unrealized loss terjadi ketika nilai investasi turun di pasar, tetapi investor masih memegang asetnya. Sebaliknya, realized loss baru muncul ketika kamu menjual saham di bawah harga beli.

Contohnya: kamu membeli saham Apple di harga $180, lalu harganya turun ke $160. Selama kamu belum menjualnya, kerugian itu belum "nyata". Jika harga kembali naik di kemudian hari, nilai investasimu bisa pulih.

Pemahaman sederhana ini bisa membantu kamu menahan diri agar tidak mengambil keputusan impulsif saat pasar sedang fluktuatif.

2. Pahami Bahwa Volatilitas adalah Hal Normal

Pasar saham bergerak naik-turun setiap hari, dan volatilitas adalah bagian tak terpisahkan dari proses investasi. Menurut S&P Global, bahkan indeks besar seperti S&P 500 bisa turun 10–15% beberapa kali dalam setahun tanpa mengubah tren jangka panjangnya.

Kuncinya bukan mencoba menghindari fluktuasi, tetapi belajar menenangkan diri dan berfokus pada horizon waktu yang lebih panjang.

Ketika pasar sedang turun, tanyakan pada dirimu:

  • Apakah alasan awal membeli saham itu masih valid?
  • Apakah fundamental perusahaan tetap kuat?
  • Apakah kamu berinvestasi untuk jangka pendek atau jangka panjang?

Biasanya, investor jangka panjang yang fokus pada nilai fundamental akan tetap tenang saat harga berfluktuasi.

3. Latih Mental dan Psikologi Investasi

Ketakutan terhadap kerugian sering kali berasal dari emosi, bukan logika. Menurut Harvard Business Review, otak manusia lebih sensitif terhadap kerugian daripada keuntungan; fenomena ini disebut loss aversion.

Artinya, kehilangan Rp1 juta terasa lebih menyakitkan daripada rasa senang saat mendapat Rp1 juta keuntungan.

Untuk menjaga mental investor pemula tetap kuat, lakukan hal-hal berikut:

  • Jangan terlalu sering melihat portofolio: Mengecek harga setiap jam hanya memperbesar stres.
  • Tetapkan target jangka panjang: Fokus pada tujuan 5–10 tahun, bukan pergerakan mingguan.
  • Diversifikasi portofolio: Menyebar investasi ke beberapa saham atau ETF bisa mengurangi tekanan psikologis.

Semakin kamu terbiasa menghadapi fluktuasi, semakin tangguh mentalmu menghadapi ketidakpastian pasar.

4. Fokus pada Strategi Jangka Panjang

Banyak investor sukses yang mengatakan hal sama: yang penting bukan kapan kamu masuk pasar, tapi seberapa lama kamu bertahan.

Investor yang tetap berinvestasi selama periode pasar turun justru cenderung memperoleh hasil lebih tinggi dalam jangka panjang dibanding mereka yang sering keluar-masuk pasar karena panik.

Beberapa strategi sederhana yang bisa kamu terapkan:

  • Dollar-cost averaging: Investasi rutin setiap bulan dengan nominal tetap, tanpa peduli naik-turunnya harga.
  • Rebalancing berkala: Sesuaikan komposisi portofolio tiap beberapa bulan agar tetap sesuai profil risiko.
  • Gunakan auto-invest: Sistem otomatis membantu kamu tetap konsisten meski pasar sedang tidak stabil.

Dengan strategi ini, kamu tidak perlu "menebak pasar"; cukup disiplin mengikuti rencana investasimu sendiri.

5. Ganti Fokus dari Harga ke Nilai

Alih-alih terus memperhatikan angka di layar, cobalah memikirkan nilai jangka panjang perusahaan yang kamu beli. Pasar mungkin menilai harga saham terlalu rendah saat sentimen negatif meningkat, tapi nilai fundamental perusahaan bisa tetap kuat.

Misalnya, banyak investor yang panik saat saham teknologi turun di 2022, tapi satu tahun kemudian sebagian besar saham besar seperti Apple, NVIDIA, dan Microsoft justru mencetak rekor tertinggi.

Artinya, pasar jangka pendek digerakkan oleh emosi, tapi hasil jangka panjang ditentukan oleh fundamental.

Kesimpulan

Takut rugi investasi adalah hal yang manusiawi; bahkan investor berpengalaman pun bisa mengalaminya. Namun, kamu bisa mengubah ketakutan itu jadi pelajaran berharga dengan memahami perbedaan antara rugi sementara dan rugi sesungguhnya, serta membangun psikologi investasi yang kuat.

Saat pasar saham turun, tenangkan diri, fokus pada rencana jangka panjang, dan jangan biarkan emosi menguasai keputusanmu. Ingat: volatilitas adalah harga yang harus dibayar untuk pertumbuhan jangka panjang.

Mulai sekarang, disiplinkan dirimu untuk tetap investasi rutin tiap bulan. Pasar akan naik dan turun, tapi ketenangan dan konsistensimu akan jadi kunci utama.

FAQ

1. Apa itu unrealized loss dalam investasi?

Unrealized loss adalah kerugian sementara yang terjadi ketika harga saham turun, tapi kamu belum menjual aset tersebut.

2. Bagaimana cara mengatasi rasa takut rugi investasi?

Fokus pada tujuan jangka panjang, jangan cek portofolio terlalu sering, dan pahami bahwa fluktuasi adalah bagian dari investasi.

3. Apa perbedaan investor dan trader saat pasar turun?

Investor melihat penurunan sebagai kesempatan menambah aset, sementara trader cenderung bereaksi cepat terhadap perubahan harga.

Disclaimer

PT Valbury Asia Futures adalah Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.

Read more