Cara Membuat Lazy Portfolio: Strategi Investasi Pasif dengan 2–3 ETF
Banyak investor pemula ingin mulai membangun portofolio, tetapi bingung karena terlalu banyak pilihan saham dan ETF. Kondisi ini sering membuat proses investasi jadi lama, penuh keraguan, dan akhirnya tidak konsisten.
Salah satu solusi paling sederhana dan populer adalah lazy portfolio, strategi pasif yang hanya menggunakan sedikit instrumen tetapi tetap efektif untuk jangka panjang.
Lewat artikel ini, Gotrade sudah menyiapkan penjelasan lengkap tentang lazy portfolio, bedanya dengan portofolio biasa, dan contoh kombinasi ETF yang bisa kamu gunakan sebagai pemula.
Definisi Lazy Portfolio
Lazy portfolio adalah strategi investasi pasif yang menggunakan sedikit instrumen, biasanya hanya 2–3 ETF, dan dibiarkan bekerja untuk jangka panjang. Ide utamanya adalah lebih sedikit transaksi, lebih sedikit stres, dan konsistensi yang lebih besar.
Tidak seperti portofolio aktif yang membutuhkan riset mendalam, rotasi sektor, dan pemilihan saham satu per satu, lazy portfolio berfokus pada diversifikasi sederhana melalui ETF pasar luas. Melansir SmartAssets, lazy portfolio cocok untuk investor yang ingin hasil stabil tanpa menghabiskan waktu memantau pasar.
Strategi ini bisa efektif karena memanfaatkan pertumbuhan ekonomi jangka panjang tanpa perlu market timing.
Bedanya Lazy Portfolio dengan Portofolio Biasa
Menurut Morningstar, berikut adalah perbedaan lazy portfolio dengan strategi portofolio pada umumnya:
Jumlah instrumen
- Lazy portfolio: hanya 2–3 ETF inti.
- Portofolio biasa: bisa memiliki 10–20 saham atau ETF berbeda.
Strategi pengelolaan
- Lazy: pasif, beli rutin, rebalance setahun sekali.
- Biasa: aktif, banyak analisis, transaksi lebih sering.
Waktu yang dibutuhkan
- Lazy: sangat minimal, cocok untuk orang sibuk.
- Biasa: perlu waktu untuk screening, membaca laporan, dan mengikuti berita.
Risiko kesalahan
- Lazy: lebih rendah karena instrumen sudah terdiversifikasi.
- Biasa: risiko lebih tinggi jika pemilihan saham kurang tepat.
Komponen Utama Lazy Portfolio
Strategi ini biasanya memakai kombinasi 2–3 ETF yang mencerminkan pasar global dan obligasi. Tujuannya adalah mendapatkan pertumbuhan jangka panjang sekaligus stabilitas.
ETF saham pasar luas (Core Growth)
ETF seperti S&P 500 atau total market menjadi fondasi pertumbuhan portofolio. Contoh ETF yang umum dipakai:
- S&P 500 ETF (paparan ke perusahaan besar AS)
- Total US Market ETF
- Nasdaq 100 ETF (untuk yang ingin sedikit lebih agresif)
ETF internasional (Global Diversification)
Untuk memperluas paparan ke luar Amerika Serikat, investor menambahkan ETF internasional. Fungsinya adalah mengurangi risiko jika AS mengalami perlambatan ekonomi.
ETF obligasi (Stability)
Obligasi membantu menyeimbangkan volatilitas saham sehingga portofolio lebih stabil. Jenis umum:
- US Treasury
- Bond market ETF
- Short-term bond ETF
Contoh Lazy Portfolio 3 ETF
Berikut salah satu contoh kombinasi yang sering direkomendasikan banyak ahli:
a. 60 persen S&P 500 ETF
Memberikan pertumbuhan jangka panjang dari perusahaan besar Amerika.
b. 20 persen International ETF
Membuka akses ke pasar Eropa, Jepang, atau emerging markets.
c. 20 percent Bond ETF
Memberikan stabilitas saat pasar saham sedang turun. Kombinasi ini sederhana, stabil, dan mudah diatur.
Alternatif Lazy Portfolio 2 ETF
Untuk yang ingin lebih simpel:
1. 80 percent Total Market ETF
Menangkap seluruh pasar saham AS, dari small cap hingga mega-cap.
2. 20 percent Bond ETF
Mengurangi volatilitas dan membuat perjalanan investasi lebih tenang.
Cara Menggunakan Lazy Portfolio
Tentukan alokasi di awal
Tentukan persentase saham dan obligasi sesuai profil risiko. Contoh:
- Agresif: 80 percent saham, 20 percent obligasi
- Moderat: 60 percent saham, 40 percent obligasi
- Konservatif: 40 percent saham, 60 percent obligasi
Investasi rutin (DCA)
Setor setiap bulan sesuai alokasi. Tidak perlu menunggu timing.
Rebalance setahun sekali
Jika alokasi awal berubah karena pasar naik atau turun, kembalikan ke proporsi awal. Contoh: S&P 500 naik sehingga porsi saham menjadi 70 percent. Jual sedikit dan tambahkan ke obligasi agar kembali ke komposisi 60/40.
Minimalkan aktivitas trading
Lazy portfolio bekerja karena kamu membiarkan pasar tumbuh tanpa terlalu sering mengutak-atiknya.
Fokus jangka panjang
Strategi ini tidak cocok untuk trading cepat. Namun, sangat efektif untuk 5–20 tahun.
Keunggulan dan Kekurangan Lazy Portfolio
Keunggulan
- Sederhana dan mudah dipahami
- Diversifikasi otomatis
- Mengurangi stres dan overtrading
- Cocok untuk investor sibuk
- Biaya transaksi rendah
Kekurangan
- Kurang cocok untuk trader aktif
- Pertumbuhan bisa lebih lambat dibanding portofolio agresif
- Tidak fleksibel untuk strategi yang sangat spesifik
Kenapa Lazy Portfolio Cocok Pemula
Banyak pemula bingung memilih saham, mengecek laporan keuangan, atau menebak sektor terbaik. Lazy portfolio menghilangkan semua kebingungan itu.
Dengan 2–3 ETF saja, kamu sudah memiliki paparan ke ratusan bahkan ribuan perusahaan global. Lebih sedikit pilihan membuatmu lebih mudah konsisten.
Kesimpulan
Lazy portfolio adalah strategi sederhana yang menggunakan sedikit ETF untuk membangun portofolio jangka panjang yang stabil.
Dengan kombinasi 2–3 ETF seperti S&P 500, ETF internasional, dan bond ETF, pemula bisa mulai berinvestasi tanpa stres dan tanpa perlu menghabiskan banyak waktu menganalisis pasar.
Jika kamu ingin membangun lazy portfolio dengan mudah, kamu bisa membeli ETF global mulai dari Rp15.000 lewat Gotrade Indonesia. Yuk, unduh aplikasi dan investasi, sekarang!
FAQ
- Apa itu lazy portfolio?
- Lazy portfolio adalah strategi investasi pasif yang hanya menggunakan sedikit ETF dan dibiarkan bertumbuh jangka panjang.
- Apakah lazy portfolio cocok untuk pemula?
- Ya, karena sederhana, stabil, dan mudah dikelola.
- Berapa banyak ETF yang dibutuhkan untuk lazy portfolio?
- Umumnya 2 sampai 3 ETF sudah cukup untuk diversifikasi global.
Disclaimer: PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.