Cara Evaluasi Saham Setelah Beli: 3 Metode Sederhana untuk Investor
Banyak investor merasa lega setelah membeli saham pertama mereka, tapi justru di situlah pekerjaan sebenarnya dimulai. Setelah membeli, tugas berikutnya adalah mengevaluasi performa saham secara berkala.
Tanpa evaluasi yang tepat, kamu bisa terjebak dalam saham yang stagnan atau kehilangan momen untuk mengambil keuntungan optimal.
Evaluasi saham bukan hanya soal memantau harga harian, melainkan memahami kondisi fundamental, teknikal, dan sentimen pasar yang memengaruhi pergerakan harga.
Artikel ini akan membahas tiga metode sederhana yang bisa kamu gunakan untuk menilai apakah saham yang kamu beli masih layak dipertahankan, ditambah, atau sebaiknya dijual.
Cara Evaluasi Performa Saham Pasca Pembelian
Sebelum menentukan langkah berikutnya, pahami dulu tiga aspek utama dalam evaluasi saham:
1. Analisis Fundamental: Melihat kesehatan bisnis
Analisis fundamental membantu kamu memahami apakah kinerja perusahaan masih sejalan dengan alasan awal kamu membeli saham tersebut.
Beberapa hal yang perlu dievaluasi:
- Pertumbuhan pendapatan dan laba bersih: Apakah perusahaan terus mencetak peningkatan laba dari tahun ke tahun?
- Rasio keuangan utama:
- EPS (Earnings per Share) meningkat menunjukkan bisnis yang tumbuh.
- ROE (Return on Equity) konsisten di atas 10–15% menandakan efisiensi penggunaan modal.
- DER (Debt to Equity Ratio) rendah berarti utang masih terkendali.
- Arus kas operasional positif: Ini menunjukkan laba yang dihasilkan benar-benar menghasilkan uang, bukan sekadar angka akuntansi.
Menurut Investopedia, evaluasi fundamental sebaiknya dilakukan setiap kuartal setelah laporan keuangan baru dirilis.
Investor jangka panjang biasanya membandingkan performa tahunan (YoY) untuk memastikan arah pertumbuhan tetap positif.
2. Analisis Teknikal: Membaca pola harga dan momentum
Jika analisis fundamental berbicara tentang “apa yang terjadi di balik bisnis,” maka analisis teknikal berfokus pada “bagaimana perilaku harga saham di pasar.”
Beberapa indikator teknikal yang sering digunakan untuk mengevaluasi saham pasca pembelian antara lain:
- Moving Average (MA): Jika harga masih di atas MA50 atau MA200, tren jangka menengah dan panjang masih positif.
- Relative Strength Index (RSI): RSI di atas 70 berarti saham sudah overbought, sedangkan di bawah 30 berarti oversold.
- Volume: Lonjakan volume sering kali menjadi sinyal konfirmasi dari perubahan tren harga.
Contoh sederhana: Jika saham yang kamu beli menembus support penting disertai volume tinggi, itu bisa jadi tanda awal pelemahan tren.
Sebaliknya, jika harga berhasil menembus resistance kuat dengan volume besar, ada peluang kelanjutan tren naik.
Trader profesional biasanya menggunakan kombinasi price action dan indikator momentum seperti MACD untuk memastikan keputusan mereka bukan sekadar spekulasi.
3. Analisis Sentimen Pasar: Mengukur Persepsi Investor
Tak kalah penting, evaluasi saham juga perlu mempertimbangkan sentimen pasar, bagaimana opini kolektif investor memengaruhi harga saham.
Faktor yang perlu diperhatikan:
- Berita makroekonomi: Kenaikan suku bunga, inflasi, atau kebijakan pemerintah bisa memicu perubahan besar di pasar.
- Tren sektor: Saham sektor teknologi, misalnya, sangat sensitif terhadap isu pertumbuhan ekonomi global.
- Posisi institusional: Jika banyak investor besar (institutional ownership) mengurangi kepemilikan, bisa menjadi tanda perubahan prospek jangka menengah.
Mengutip Morningstar Research, lebih dari 60% pergerakan jangka pendek saham dipengaruhi oleh sentimen ketimbang data fundamental.
Karena itu, penting untuk menjaga keseimbangan antara analisis rasional dan psikologis pasar.
Kapan Hold, Tambah Posisi, atau Jual
Setelah melakukan evaluasi dengan tiga metode di atas, langkah selanjutnya adalah menentukan tindakan:
- Hold (tahan posisi): Jika fundamental masih kuat, tren harga tetap sehat, dan tidak ada perubahan negatif signifikan, pertahankan posisi. Investor sukses seperti Warren Buffett sering berkata, “Waktu terbaik menjual saham yang bagus adalah tidak pernah, selama bisnisnya tetap bagus.”
- Tambah posisi (averaging up): Kamu bisa menambah posisi saat perusahaan menunjukkan pertumbuhan kinerja yang solid dan harga masih di bawah nilai wajarnya. Strategi ini cocok untuk investor jangka panjang yang percaya pada prospek bisnis.
- Jual (take profit atau cut loss): Jika harga sudah naik jauh di atas nilai intrinsik (overvalued), jika indikator teknikal menunjukkan pembalikan tren, atau jika fundamental perusahaan memburuk (penurunan laba, utang meningkat, atau kehilangan pangsa pasar). Gunakan batasan objektif seperti cut loss di level 5–10% dari modal, agar emosi tidak mengganggu keputusan investasi.
Indikator yang Sering Digunakan Investor Sukses
Investor sukses tidak menilai saham hanya dari harga, tetapi dari kombinasi berbagai sinyal. Beberapa indikator yang dianggap penting meliputi:
- ROE dan EPS growth untuk menilai profitabilitas jangka panjang.
- Moving Average 200-day untuk melihat arah tren besar.
- RSI dan MACD untuk momentum jangka pendek.
- Volume dan open interest sebagai tanda minat pasar.
- Sentimen indeks pasar global (misalnya S&P 500 atau NASDAQ) sebagai acuan arah risiko umum.
Kesimpulan
Mengevaluasi saham setelah membeli bukan sekadar memantau naik-turunnya harga, melainkan proses memahami kenapa harga itu bergerak.
Dengan kombinasi analisis fundamental, teknikal, dan sentimen pasar, kamu bisa membuat keputusan investasi yang lebih logis dan terukur.
Kalau kamu ingin berlatih membaca performa saham global secara langsung, download aplikasi Gotrade di Android atau iOS.
Kamu bisa mulai membeli saham-saham besar seperti Apple, Microsoft, dan Tesla mulai dari $1, sekaligus belajar menganalisis tren dan performanya secara real-time di satu platform yang mudah digunakan.
FAQ
1. Seberapa sering saya perlu mengevaluasi saham yang sudah saya beli?
Idealnya setiap kuartal setelah laporan keuangan baru keluar, atau ketika terjadi perubahan besar di pasar yang bisa memengaruhi harga saham.
2. Apakah saya harus menjual saham ketika harganya turun?
Tidak selalu. Jika fundamental tetap kuat, penurunan harga bisa menjadi peluang buy the dip. Tapi jika disebabkan penurunan kinerja atau prospek bisnis, lebih baik keluar dulu.
3. Bagaimana cara belajar analisis fundamental dan teknikal lebih dalam?
Mulailah dari sumber tepercaya seperti Investopedia atau gunakan simulasi di platform seperti Gotrade untuk memahami hubungan antara laporan keuangan dan pergerakan harga saham.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.