Buy Limit vs Stop Order: Bedanya, Contoh, dan Strategi Pakai

Buy Limit vs Stop Order: Bedanya, Contoh, dan Strategi Pakai

Dalam dunia trading saham, memahami perintah eksekusi atau order trading adalah hal mendasar yang sering membedakan trader profesional dari pemula. Dua jenis order yang paling sering membingungkan adalah buy limit dan stop order.

Meskipun keduanya digunakan untuk mengotomatisasi transaksi, fungsinya berlawanan dan bisa berdampak besar pada hasil eksekusi.

Menurut Investopedia, perbedaan utama antara buy limit dan stop order terletak pada kapan order tersebut akan aktif serta pada harga berapa transaksi dilakukan.

Pemahaman yang salah sering kali membuat trader membeli terlalu mahal atau kehilangan peluang beli di harga ideal.

Memahami Buy Limit Order

Buy limit order adalah instruksi untuk membeli saham pada harga tertentu atau lebih rendah dari harga pasar saat ini. Artinya, kamu ingin membeli hanya jika harga turun ke level yang dianggap menarik.

Contoh:

Jika saham Apple (AAPL) saat ini diperdagangkan di $190, dan kamu ingin membelinya di harga $185, kamu bisa memasang buy limit order di $185. Order ini baru akan tereksekusi jika harga benar-benar turun ke $185 atau lebih rendah.

Kapan digunakan:

  • Saat kamu memperkirakan harga akan terkoreksi sebelum naik lagi.
  • Saat ingin mendapatkan entry di level support atau valuasi lebih murah.

Keunggulan:

  • Membantu menjaga disiplin beli di harga ideal.
  • Tidak perlu memantau pasar terus-menerus.

Kelemahan:

  • Risiko tidak tereksekusi, jika harga tidak pernah turun ke level target.

Melansir Corporate Finance Institute (CFI), buy limit order sering digunakan oleh trader yang fokus pada strategi value entry, yaitu membeli di area undervalued saat tekanan jual mulai melemah.

Memahami Stop Order

Stop order, atau lebih tepatnya buy stop dan sell stop, digunakan untuk memicu transaksi setelah harga melewati level tertentu. Tujuannya adalah untuk mengikuti arah momentum pasar, bukan menunggu koreksi.

Contoh:

Jika saham Tesla (TSLA) saat ini di $250 dan kamu ingin membeli hanya jika harga menembus resistance $260, maka kamu bisa menempatkan buy stop order di $260. Order ini akan aktif ketika harga naik mencapai level tersebut.

Kebalikannya, sell stop order digunakan untuk menjual saham jika harga jatuh di bawah level tertentu, biasanya digunakan untuk mengunci kerugian (stop loss).

Kapan digunakan:

  • Saat kamu ingin masuk ke tren yang sedang menguat (breakout).
  • Untuk melindungi posisi dari penurunan tajam (stop loss).

Keunggulan:

  • Cocok untuk strategi mengikuti momentum (trend following).
  • Dapat membantu mengontrol risiko dengan stop order otomatis.

Kelemahan:

  • Risiko slippage atau eksekusi di harga lebih buruk dari target, terutama saat pasar sangat volatil.

Banyak trader berpengalaman menggabungkan buy stop dengan trailing stop untuk menjaga posisi tetap mengikuti arah tren sambil membatasi kerugian jika tren berbalik.

Perbedaan Buy Limit vs Stop Order

Aspek Buy Limit Stop Order
Tujuan Beli saat harga turun ke level tertentu Beli/jual saat harga menembus level tertentu
Arah harga Berlawanan dengan tren (menunggu koreksi) Sejalan dengan tren (mengikuti momentum)
Risiko utama Tidak tereksekusi Slippage atau eksekusi lebih buruk
Contoh penggunaan Beli di level support Beli saat breakout atau jual saat breakdown

Sederhananya:

Buy limit = beli di bawah harga sekarang (saat murah).

Stop order = beli di atas harga sekarang (saat tren naik terbentuk).

Contoh dan Strategi Penggunaan

1. Buy Limit untuk Strategi “Buy the Dip”

Trader menunggu harga saham Nvidia (NVDA) turun dari $460 ke area support $440. Ia menempatkan buy limit order di $440. Jika harga menyentuh level itu, order otomatis dieksekusi. Cocok untuk investor yang percaya tren jangka panjang masih naik tetapi ingin masuk di harga lebih efisien.

2. Buy Stop untuk Strategi Breakout

Seorang trader melihat resistance kuat di saham Amazon (AMZN) di $150. Ia menempatkan buy stop order di $151 untuk memastikan harga benar-benar menembus resistance sebelum membeli. Cocok untuk strategi momentum, mengikuti tren naik yang baru terbentuk.

3. Sell Stop sebagai Proteksi Risiko

Kamu sudah punya saham Microsoft (MSFT) di $320 dan ingin membatasi kerugian. Kamu pasang sell stop order di $300. Jika harga turun ke $300, saham otomatis terjual untuk mencegah kerugian lebih besar.

Kesalahan Umum Trader

1. Menempatkan level order terlalu dekat dengan harga pasar

Hal ini bisa membuat order tereksekusi prematur karena fluktuasi kecil, bukan karena sinyal yang valid.

2. Salah paham antara buy limit dan buy stop

Banyak trader pemula mengira keduanya sama-sama untuk “beli di level tertentu”, padahal arah dan tujuan penggunaannya berbeda total.

3. Tidak memperhitungkan volatilitas

Dalam pasar yang bergerak cepat, harga bisa menembus level order lalu kembali lagi (false breakout). Gunakan konfirmasi volume atau indikator teknikal tambahan untuk memvalidasi sinyal.

4. Mengabaikan biaya dan likuiditas

Spread lebar atau likuiditas rendah bisa membuat eksekusi order jauh dari harga target, terutama pada saham berkapitalisasi kecil.

Kesimpulan

Buy limit dan stop order adalah dua alat penting dalam strategi eksekusi trading. Buy limit memungkinkan kamu membeli di harga lebih rendah dari pasar saat ini, sementara stop order membantu kamu mengikuti arah tren dan melindungi posisi dari risiko penurunan.

Gunakan keduanya sesuai konteks strategi, apakah kamu ingin membeli di harga murah atau menunggu konfirmasi tren baru. Dengan fitur lengkap di aplikasi Gotrade, kamu bisa mengatur limit dan stop order dengan mudah, meminimalkan kesalahan manual, dan menjaga disiplin trading di pasar global.

FAQ

1. Apakah buy limit dan stop order bisa digunakan bersamaan?

Ya, banyak trader menggabungkannya untuk strategi entry dan exit otomatis dalam satu rencana trading.

2. Apakah semua broker menyediakan fitur ini?

Sebagian besar platform modern seperti Gotrade, TradingView, atau Interactive Brokers sudah mendukung kedua jenis order.

3. Apakah stop order selalu tereksekusi di harga yang ditentukan?

Tidak selalu. Dalam kondisi volatil, harga eksekusi bisa berbeda (slippage), tergantung likuiditas pasar.

Disclaimer

PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.

Read more