BofA: 5 Risiko Ini Mengancam Reli S&P 500 di Balik Euforia AI
Reli S&P 500 didorong AI namun Bank of America melihat valuasi 'bubbly'. Kenali 5 risiko pasar teratas mulai dari sinyal bear market hingga 'kecoa kredit'

Reli indeks S&P 500, yang mengukur 500 perusahaan terbesar di AS, belakangan ini terlihat kuat berkat antusiasme terhadap Kecerdasan Buatan (AI). Namun, analis di Bank of America (BofA) menyoroti adanya "risiko yang menumpuk" yang dapat mengancam reli ini.
Dalam sebuah catatan kepada klien, BofA menyebut bahwa kondisi ekuitas mulai bergeser dari "frothy to bubbly" atau dari berbusa menjadi menggelembung.
Valuasi Mahal dan Sinyal Bear Market Mulai Aktif
Menurut Business Insider, BofA mencatat bahwa S&P 500 terlihat mahal berdasarkan standar historis, bahkan melampaui valuasi era dot-com tahun 1990-an.
Meskipun perusahaan yang mendorong pertumbuhan pasar saat ini diakui lebih kuat secara finansial, risikonya tetap ada.
Investing.com melaporkan bahwa tim BofA, yang dipimpin oleh Savita Subramanian, mengukur 20 metrik valuasi (cara mengukur mahal murahnya saham). Lima di antaranya telah mencapai rekor baru, seperti rasio kapitalisasi pasar S&P 500 terhadap PDB.
Selain itu, empat metrik lainnya bahkan telah melampaui level puncak era dot-com pada Maret 2000.
Peringatan lain juga muncul. Analis BofA memperingatkan bahwa 60% dari penanda bear market (kondisi pasar yang lesu atau turun) telah terpicu dalam beberapa bulan terakhir.
Seperti yang dijelaskan Business Insider, BofA menyebutkan bahwa secara historis, jika 70% sinyal ini menyala, puncak pasar sering kali diikuti oleh bear market.
Ancaman dari AI dan Ketidakpastian Makro
Ironisnya, pendorong utama pasar yaitu AI, mungkin berlawanan dengan pendorong lainnya yaitu ketahanan konsumen AS. Analis BofA, seperti dikutip Investing.com, khawatir bahwa AI dapat mengurangi permintaan akan jasa profesional.
Para pekerja di sektor inilah (pekerja white-collar atau kantoran) yang paling banyak berkontribusi pada pertumbuhan konsumsi sejak 1980-an.
Business Insider menambahkan bahwa BofA baru-baru ini menurunkan peringkat mereka pada sektor consumer discretionary (barang konsumsi non-pokok) untuk mencerminkan risiko ini.
Risiko lainnya datang dari "kabut makro" atau ketidakpastian ekonomi. Business Insider melaporkan bahwa government shutdown (penutupan layanan pemerintah AS) telah menunda rilis data ekonomi resmi.
Hal ini membuat investor seolah "terbang buta" tanpa data yang jelas, ditambah ketidakpastian seputar dampak tarif perdagangan.
Waspada "Kecoa Kredit" di Sektor Keuangan
Terakhir, BofA menyoroti kekhawatiran di dunia private credit (pinjaman yang diberikan oleh lembaga non-bank) dan perbankan.
Menggunakan istilah "canaries and cockroaches" (kenari dan kecoa), BofA merujuk pada beberapa kebangkrutan besar baru-baru ini. Istilah ini juga merujuk pada komentar Jamie Dimon minggu lalu, seperti dicatat oleh Business Insider.
Menurut Investing.com, bank-bank besar melaporkan hasil yang baik dan optimis secara hati-hati. Namun, peristiwa kredit baru-baru ini menunjukkan "kemungkinan akan ada lebih banyak kecoa yang muncul".
Business Insider mencatat bahwa bank-bank yang teregulasi diyakini lebih mampu menahan siklus kredit. Namun, indeks S&P 500 mungkin tetap rentan karena alasan likuiditas (ketersediaan uang tunai).
Dengan latar belakang ini, analis BofA menyarankan investor untuk "lebih selektif". Ini menunjukkan betapa pentingnya bagi kamu untuk memahami risiko yang mungkin tersembunyi di balik euforia pasar saat ini.
Referensi:
- Investing, BofA highlights five "mounting risks" that could be facing the S&P 500. Diakses pada 22 Oktober 2025
- Business Insider, 'Macro fog' and credit cockroaches are among the top 5 risks to the S&P 500, BofA says. Diakses pada 22 Oktober 2025
- Featured Image: Shutterstock
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.