Blunder Grand Jury Ancam Kasus James Comey Batal
DOJ akui kesalahan prosedur dalam dakwaan James Comey. Simak analisis lengkap mengenai potensi pembatalan kasus ini dan dampaknya bagi hukum AS.
Jakarta, Gotrade News - Dunia hukum dan politik Amerika Serikat kembali memanas. Kali ini, sorotan tertuju pada persidangan mantan Direktur FBI, James Comey.
Departemen Kehakiman AS (DOJ) baru saja mengakui adanya kesalahan prosedur yang cukup fatal dalam proses dakwaan. Kesalahan ini berpotensi membuat kasus yang menjerat Comey dibatalkan sepenuhnya oleh hakim.
Bagi kamu yang mengikuti perkembangan geopolitik dan hukum AS, situasi ini menarik karena melibatkan ketegangan tinggi antara independensi hukum dan tekanan politik eksekutif.
Mari kita bedah apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa hal ini menjadi preseden penting.
Grand Jury Tidak Melihat Dakwaan Akhir
Inti permasalahan muncul ketika Departemen Kehakiman mengakui bahwa tidak semua anggota grand jury melihat versi final dari surat dakwaan (indictment) terhadap James Comey.
Sebagai konteks, grand jury adalah sekelompok warga sipil yang bertugas meninjau bukti dari jaksa penuntut untuk menentukan apakah ada alasan kuat untuk mendakwa seseorang melakukan kejahatan.
Menurut laporan dari NBC News, pengakuan kesalahan ini muncul dalam sidang di mana Comey berargumen bahwa kasusnya harus dibatalkan.
Hakim Distrik AS, Michael Nachmanoff, menekan Jaksa Tyler Lemons mengenai fakta bahwa ada dua draf dakwaan yang berbeda.
Draf pertama berisi tiga tuntutan dan telah dilihat oleh grand jury. Namun, draf kedua yang hanya berisi dua tuntutan ternyata tidak diperlihatkan kepada seluruh anggota dewan juri tersebut.
Fakta ini diperkuat oleh kesaksian Lindsey Halligan, pelaksana tugas Jaksa AS untuk Distrik Timur Virginia.
Dalam kesaksiannya yang dikutip oleh CNN, Halligan mengakui bahwa hanya dua anggota grand jury yang meninjau dakwaan akhir saat diserahkan.
Hal ini memicu argumen keras dari pengacara Comey, Michael Dreeben, yang menyatakan bahwa secara teknis "tidak ada dakwaan" yang sah terhadap kliennya karena prosedur standar tidak dipenuhi.
Tuduhan "Vindictive Prosecution" dan Tekanan Politik
Di balik kesalahan teknis ini, terdapat isu yang lebih besar: dugaan balas dendam politik.
Tim hukum Comey berargumen bahwa kliennya adalah korban dari selective and vindictive prosecution (penuntutan yang selektif dan bersifat balas dendam).
Mereka mengklaim bahwa kasus ini dipaksakan oleh Presiden Donald Trump karena kebencian pribadi terhadap Comey.
Berdasarkan laporan NBC News, Comey didakwa pada bulan September atas tuduhan membuat pernyataan palsu kepada Kongres. Dakwaan ini muncul hanya beberapa hari setelah Trump secara terbuka mendesak Jaksa Agung Pam Bondi untuk menuntut Comey.
Pengacara Comey menegaskan bahwa Konstitusi melarang pemerintah menuntut seseorang hanya karena pejabat pemerintah tidak menyukai orang tersebut atau sebagai balasan atas kritik yang dilontarkan.
Namun, pihak jaksa penuntut membantah hal ini.
Jaksa Tyler Lemons, sebagaimana dilaporkan NBC News, menegaskan bahwa Halligan "bukanlah boneka" dan keputusan untuk menuntut murni berasal dari dirinya sendiri.
Pihak penuntut berargumen bahwa kepentingan masyarakat dalam kasus ini sangat besar karena melibatkan mantan Direktur FBI yang diduga berbohong kepada Kongres.
Apa Dampaknya Bagi Kelanjutan Kasus Ini?
Kesalahan prosedural grand jury ini memberikan amunisi kuat bagi tim pembela Comey untuk meminta hakim membatalkan kasus.
Mereka meminta kasus ini dihentikan dengan status dismissed with prejudice, yang artinya kasus tersebut tidak bisa diajukan kembali di masa depan.
Menurut Patrick J. Cotter, mantan jaksa federal yang diwawancarai oleh NBC News, mosi untuk pembatalan kasus karena alasan balas dendam politik sangat jarang berhasil.
Namun, ia menambahkan bahwa jika ada satu kasus di mana mosi tersebut bisa berhasil, kasus Comey inilah yang paling berpeluang.
Hakim Nachmanoff sendiri belum memberikan keputusan final. Ia menyatakan bahwa isu ini "terlalu berat dan terlalu kompleks" untuk diputuskan secara terburu-buru.
Jika hakim memutuskan untuk membatalkan dakwaan, ini akan menjadi tamparan keras bagi Departemen Kehakiman dan menimbulkan pertanyaan serius mengenai independensi penegakan hukum dari pengaruh politik di AS.
Kami di Gotrade akan terus memantau perkembangan kasus ini karena stabilitas hukum di negara ekonomi terbesar dunia tentu memiliki dampak tidak langsung terhadap sentimen pasar global.
Referensi:
- NBC News, DOJ admits not all grand jury members saw the final version of the indictment against James Comey. Diakses pada 20 November 2025
- CNN, Lindsey Halligan says full grand jury never saw final indictment it handed up against Comey. Diakses pada 20 November 2025
- Featured Image: NBC News
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.