Apa Itu Availability Bias dan Dampaknya bagi Investor
Banyak investor merasa yakin dengan keputusan mereka hanya karena informasi yang mereka ingat terasa jelas, sering muncul, atau sedang viral. Namun informasi tersebut tidak selalu mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Fenomena ini dikenal sebagai availability bias, salah satu bias psikologis yang paling umum dialami investor pemula maupun berpengalaman.
Artikel ini membahas apa itu availability bias, bagaimana bias ini memengaruhi keputusan investasi, dan cara menghindarinya.
Definisi Availability Bias
Availability bias adalah kecenderungan seseorang untuk mengambil keputusan berdasarkan informasi yang paling mudah diingat, bukan berdasarkan data paling relevan atau akurat.
Melansir Investopedia, otak manusia cenderung mengandalkan ingatan terbaru, paling sering muncul, atau paling emosional untuk menilai sesuatu, meskipun informasi tersebut tidak mewakili kenyataan.
Dalam konteks investasi, bias ini membuat investor terlalu percaya pada:
- Berita viral
- Video rekomendasi saham
- Tweet atau komentar publik
- Cerita sukses teman
- Ingatan tentang “saham yang pernah naik tinggi”
Padahal keputusan investasi seharusnya berbasis data, bukan informasi yang kebetulan mudah diingat.
Kenapa Availability Bias Sering Terjadi?
Otak manusia umumnya menyukai jalan pintas (heuristic). Jika suatu informasi muncul berulang kali atau disampaikan dengan sangat menarik, otak akan menganggap informasi tersebut penting dan benar, meski tidak ada bukti kuatnya.
Beberapa penyebabnya:
1. Informasi viral terasa lebih meyakinkan
Semakin sering sebuah saham dibahas, semakin besar peluang investor percaya seolah saham tersebut aman atau pasti naik.
2. Sifat manusia fokus pada cerita menarik
Kisah “teman cuan besar dalam satu hari” lebih mudah diingat dibanding laporan keuangan.
3. Media menyorot kejadian ekstrem
Lonjakan harga tidak biasa, crash mendadak, atau rumor besar biasanya menjadi berita utama dan melekat di ingatan.
4. Noise di media sosial
Komentar viral menciptakan ilusi bahwa semua orang membeli saham tertentu.
Dampak Availability Bias pada Investor
1. Membeli saham viral tanpa riset
Banyak investor membeli saham hanya karena trending, bukan karena memahami bisnisnya.
Contoh: saham AI, saham EV, atau penny stocks yang naik hanya karena rumor.
2. Meremehkan risiko
Jika suatu saham sering dibicarakan positif, investor bisa menganggap saham tersebut “aman” meski fundamentalnya buruk.
3. Fokus hanya pada informasi terbaru
Berita kenaikan pendapatan satu kuartal bisa membuat investor lupa bahwa perusahaan merugi selama bertahun-tahun.
4. Overconfidence
Informasi yang mudah diingat sering membuat investor merasa sudah tahu cukup banyak, padahal datanya tidak lengkap.
5. Panic buying saat FOMO
Ketika informasi viral tentang saham tertentu menyebar, investor cepat membeli karena ingatan tersebut terasa kuat dan mendesak.
6. Salah menilai performa perusahaan
Investor sering hanya ingat “pernah naik 20 persen dalam sehari”, tetapi tidak melihat bahwa harga saham tersebut turun selama enam bulan.
Contoh Availability Bias dalam Investasi
1. Saham viral terasa lebih aman
Misalnya sebuah saham teknologi trending di media sosial.
Karena sering dibahas, investor merasa familier, sehingga dianggap lebih aman daripada saham yang justru lebih stabil.
2. Mengabaikan risiko setelah mendengar cerita sukses
Teman yang cerita cuan dari saham tertentu lebih membekas daripada statistik bahwa mayoritas trader jangka pendek rugi.
3. Beli karena muncul di media sosial
Contohnya membeli saham hanya karena melihatnya sering muncul di TikTok atau YouTube. Ingat, familier bukan berarti berkualitas.
4. Fokus pada kejadian ekstrem
Investor terlalu fokus pada crash mendadak atau lonjakan besar sehingga mengabaikan data jangka panjang yang lebih relevan.
Cara Menghindari Availability Bias
1. Gunakan data, bukan ingatan
Lihat laporan keuangan, performa jangka panjang, dan prospek bisnis.
Jangan ambil keputusan hanya dari video viral atau berita trending.
2. Tahan diri sebelum FOMO
Jika suatu saham ramai dibahas, beri waktu 1 sampai 2 hari untuk riset sebelum membeli.
3. Periksa kembali sumber informasi
Apakah informasinya dari analis kredibel atau hanya dari influencer?
4. Lakukan checklist sebelum membeli
Tanyakan:
- Apakah ini keputusan karena viral?
- Apakah datanya lengkap?
- Apakah aku memahami bisnisnya?
Jika jawabannya tidak, tunda keputusan.
5. Diversifikasi untuk mengurangi efek bias
Jangan taruh terlalu banyak dana pada satu saham hanya karena familier.
6. Evaluasi portofolio secara objektif
Gunakan angka, bukan perasaan, sebagai dasar penilaian.
Contoh Strategi Mengurangi Pengaruh Informasi Viral
Misalkan kamu ingin membeli saham yang sedang booming.
Tanyakan hal berikut:
- Apakah aku tahu revenue, profit, dan valuasinya?
- Apakah aku tahu kenapa saham ini naik?
- Apakah aku siap jika harga turun 20 persen?
- Apakah ini sekadar hype?
Jika sebagian besar jawabannya “tidak”, maka kamu sedang dipengaruhi availability bias.
Kesimpulan
Availability bias adalah bias kognitif yang membuat investor mengambil keputusan berdasarkan informasi yang paling mudah diingat, terutama informasi viral atau cerita emosional.
Bias ini dapat membuat investor membeli saham tanpa riset, meremehkan risiko, dan terlalu fokus pada kejadian ekstrem.
Dengan menambah disiplin analisis, menggunakan data objektif, dan menghindari keputusan karena hype, investor dapat membangun portofolio yang lebih sehat dan rasional.
FAQ
Apa itu availability bias?
Bias ketika investor mengambil keputusan berdasarkan informasi yang paling mudah diingat, bukan informasi paling relevan.
Kenapa bias ini berbahaya?
Karena membuat investor membeli saham hanya karena viral atau familier tanpa memahami risiko.
Bagaimana cara menghindarinya?
Dengan menggunakan data objektif, melakukan riset sendiri, dan tidak mengambil keputusan karena FOMO.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.