Analisis Saham Home Depot: Tantangan Q3 & Prospek 2026

Kinerja Home Depot meleset akibat konsumen yang hati-hati dan faktor cuaca. Simak analisis para ahli tentang dampaknya bagi investasimu di sini.

Analisis Saham Home Depot: Tantangan Q3 & Prospek 2026

Jakarta, Gotrade News - Kabar kurang sedap datang dari sektor ritel perbaikan rumah. Saham The Home Depot, Inc. sempat dibuka turun hingga 3,3% pada perdagangan hari Selasa kemarin. Penurunan ini terjadi karena laporan keuntungan kuartal ketiga perusahaan yang meleset dari perkiraan.

Tidak hanya itu, manajemen juga memangkas proyeksi pendapatan setahun penuh mereka. Alasannya cukup klise namun krusial, yaitu konsumen yang semakin berhati-hati dalam membelanjakan uangnya di tengah pasar perumahan yang sedang lesu. Bagi kamu yang berinvestasi di sektor ritel, ini adalah sinyal penting untuk memahami kondisi ekonomi makro saat ini.

Realitas Baru Bagi Konsumen dan Investor

Penurunan kinerja ini sebenarnya mencerminkan kondisi nyata di lapangan. Menurut Christopher Horvers, seorang analis dari JPMorgan Chase & Co. yang memberikan peringkat Overweight, laporan ini menunjukkan unsur "realisme".

Peringkat Overweight artinya analis memperkirakan saham tersebut akan memiliki kinerja lebih baik daripada rata-rata saham lain di industri yang sama.

Horvers menyoroti adanya ketidakpastian konsumen dan belum adanya percepatan permintaan yang signifikan. Jika tren datar pada kuartal keempat ini menjadi dasar untuk tahun 2026, maka ekspektasi pertumbuhan laba per saham atau EPS di pasar kemungkinan besar harus diturunkan.

EPS adalah porsi laba perusahaan yang dialokasikan untuk setiap lembar saham biasa yang beredar dan sering menjadi indikator kesehatan perusahaan.

Sementara itu, YR Research dalam catatannya di Seeking Alpha menyoroti bahwa pemulihan pasar yang sangat dinanti-nantikan terus tertunda. Mereka menyarankan bahwa pemangkasan panduan kinerja ini mungkin akhirnya menjadi pendorong yang menyelaraskan ekspektasi pasar dengan realitas konsumen yang sedang tertekan.

Faktor Cuaca dan Transaksi yang Menurun

Selain faktor ekonomi makro, ternyata cuaca juga memainkan peran dalam kinerja kuartal ini. Analis dari Wells Fargo & Company, Zachary Fadem, mencatat bahwa kurangnya aktivitas badai kemungkinan mendorong penjualan yang lebih lunak di bulan Oktober. Biasanya, musim badai memicu pembelian alat-alat perbaikan dan perlindungan rumah yang mendongkrak penjualan jangka pendek.

Fadem juga menyoroti bahwa penjualan komparatif atau comps Home Depot hanya tumbuh 0,2%, lebih lemah dari perkiraan pasar pembeli yang mengharapkan sekitar 1%. Comps adalah metrik ritel yang membandingkan penjualan di toko-toko yang telah beroperasi setidaknya selama satu tahun untuk melihat pertumbuhan organik.

Hal senada diungkapkan oleh Jonathan Matuszewski, analis dari Jefferies. Ia mencatat bahwa meskipun rata-rata nilai belanja atau ticket size naik 1,8% karena kenaikan harga selektif, namun jumlah transaksi justru turun 1,6%.

Ini adalah penyimpangan dari tren penurunan setengah poin yang terjadi selama empat kuartal sebelumnya. Manajemen Home Depot sendiri mengakui dalam rilisnya bahwa kurangnya badai menciptakan tekanan yang lebih besar dari perkiraan pada kategori produk tertentu.

Menatap Harapan Pemulihan di 2026

Meskipun tantangan jangka pendek terlihat berat, banyak mata kini tertuju pada potensi pemulihan di tahun 2026. Greg Melich dari Evercore ISI menekankan bahwa cerita sebenarnya adalah tentang tahun 2026 dan harapan untuk perubahan di pasar perbaikan rumah yang sudah lama menderita.

Melich mencatat bahwa pengeluaran riil per rumah masih berada di bawah rata-rata jangka panjang, namun sedikit di atas titik terendah sebelumnya. Faktor makro seperti stimulus pemotongan pajak, data penjualan rumah yang ada atau EHS, dan arah suku bunga akan menjadi kunci utama yang harus diawasi.

Dari sisi valuasi, Wells Fargo melihat adanya peluang menarik. Kesenjangan rasio P/E Home Depot saat ini terlihat menarik dibandingkan rata-rata jangka panjangnya, meskipun sayangnya kondisi makro ekonomi perlu bekerja sama untuk mendorong harga saham naik.

Rasio P/E atau Price-to-Earnings adalah rasio untuk menilai mahal atau murahnya saham berdasarkan harga saat ini dibagi dengan laba per lembar sahamnya.

Bagi kamu investor jangka panjang, momen ini bisa menjadi waktu untuk mengevaluasi kembali tesis investasimu. Apakah penurunan ini adalah diskon sementara, atau tanda perlambatan yang lebih panjang? Jawabannya sangat bergantung pada seberapa cepat sentimen konsumen dan pasar perumahan bisa pulih kembali.

Referensi:

Disclaimer

PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.

Read more